Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II dengan judul “Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas kelompok ini antara lain :

Bapak Putu Yudi Wijaya, SE.M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah teori Ekonomi II.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu baik berupa tenaga maupun pemikiran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran-saran serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………..2

BAB II. PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat: Tingkat Harga dan Perbelanjaan Riil…………………………3

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat………………………………………..3

2.1.2 Kecondongan Kurva AD Dan Faktor-faktor Penyebabnya………………….6

2.1.3 Faktor-faktor Yang Memindahkan Kurva AD…………………………………..7

2.2 Bentuk-Bentuk Kurva Penawaran Agregat……………………………………………….7

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik……………………………………………..9

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik………………………………………………9

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes…………11

BAB III. PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………………….13

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………….14

3.2 Penawaran Agregat Lucas:

Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris……………………………………….16

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja………………………………………16

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah Dan Kesempatan kerja……………………….17

3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat………………………………………..18

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru……………………………………….19

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru…………………….19

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru……………………21

3.4 Keseimbangan AD-AS dan Perubahan – Perubahannya……………………..22

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang………………………………..22

3.4.1 Perubahan Keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek…………………23

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan …………………………………………………………………….24

4.2 Saran …………………………………………………………………..……24

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis keseimbangan makroekonomi yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun 1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis yang ada belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin berlaku dalam perekonomian.

Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada sifat analisisnya ini yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi penawaran, analisis keseimbangan makroekonomi ini lebih dikenal sebagai model permintaan – penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis AD-AS.

Pemikiran makroekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu rigid. Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis AD-AS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat ?

2. Bagaimana analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana ?

3. Bagaimana pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II sebagai tugas akhir semester.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat

3. Untuk mengetahui analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana

4. Untuk mengetahui pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS.

BAB II

PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat : Tingkat Harga Dan Perbelanjaan Riil

Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap. Dalam analisis tersebut perbelanjaan agregat memberikan gambaran tentang tingkat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian pada berbagai tingkat pendapatan nasional. Permintaan agregat atau aggregate demand (AD) menggambarkan hubungan yang sedikit berbeda. Permintaan agregat menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat harga dengan nilai riil perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian.

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat

Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat. Hal ini menimbulkan efek yang sangat penting ke atas permintaan ke atas uang terutama permintaan uang untuk membiayai transaksi-transaksi jual beli barang yang dilakukan. Keadaan ini akan mengakibatkan kenaikkan suku bunga, peningkatan ini akan menyebabkan kemerosotan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Berdasarkan analisis mengenai kenaikan tingkat harga ke atas permintaan domestik ke atas barang dan jasa dan ke atas kegiatan di sektor ekspor dan impor dapatlah disimpulkan bahwa diantara harga dan permintaan agregat (AD) terdapat sifat perkaitan yang berikut : semakin tinggi harga semakin sedikit permintaan agregat.

Dalam bagian (a) ditunjukkan keseimbangan IS-LM, dan perubahan keseimbangan tersebut sebagai akibat inflasi. Kurva LM yang asal adalah LM0 (P0) dan maksudnya adalah keluk LM yang dibentuk dengan memisalkan penawaran uang nominal adalah Mo dan tingkat harga adalah P0. Kurva LM ini berpotongan dengan IS di E0 dan berarti pada mulanya keseimbangan dicapai di E0 yang menggambarkan suku bunga adalah r0 dan pendapatan nasional adalah Y0.

Seterusnya misalkan perekonomian menghadapi masalah inflasi, yaitu tingkat harga mengalami kenaikan dari P0 menjadi P1. Kenaikan tersebut menyebabkan penawaran uang riil merosot dari M0/P0 menjadi M0/P1. Kenaikan harga-harga ini yang menyebabkan permintaan uang nominal untuk setiap tingkat pendapatan nasional riil bertambah, akan memindahkan kurva LM0 (P0) ke sebelah kiri menjadi LM0 (P1). Kurva LM yang baru ini akan memotong IS di E1. Keseimbangan yang baru ini menunjukkan suku bunga meningkat dari r0 menjadi r1 dan pendapatan nasional (riil) merosot dari Y0 menjadi Y1.

Berdasarkan kepada keseimbangan IS-LM yang digambarkan di atas, telah dapat ditunjukkan cirri hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil dan seterusnya kurva permintaan agregat AD dapat diwujudkan. Keseimbangan pada E0 menunjukkan bahwa pada pendapatan nasional Y0 tingkat harga adalah P0 dan keseimbangan pada E1 menunjukkan pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Hubungan diantara tingkat harga dan pendapatan nasional ini ditunjukkan kembali pada bagian (b) dari gambar 2.1. Kurva AD diperoleh dengan menghubungkan titik E0 dengan titik E1. Dalam analisis permintaan agregat – penawaran agregat sumbu datar hanya menunjukkan pendapatan nasional riil dan disingkat dengan notasi Y*. Dalam analisis IS-LM misalkan tingkat harga tidak berubah, dan pemisalan ini menyebabkan sumbu datar diberi notasi Y yang menggambarkan pendapatan nasional nominal dan riil, karena keduanya mempunyai nilai yang sama.

Bentuk AD seperti dalam gambar 2.1 adalah bentuk kurva AD yang tipikal, dan keadaan itu disebabkan oleh dua perubahan penting yaitu :

Inflasi akan menyebabkan suku bunga meningkat. Kenaikan suku bunga ini pertama-tama menyebabkan investasi turun yang selanjutnya akan menurunkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Inflasi menyebabkan kemerosotan ekspor dan kenaikan impor yang juga akan menyebabkan pengurangan ke atas permintaan agregat dan pendapatan nasional.

Analisis di atas menunjukkan bahwa titik-titik pada kurva AD menggambarkan

keseimbangan yang berlaku serentak di pasaran barang dan pasaran uang (karena setiap titik pada AD menggambarkan keseimbangan IS-LM pada tingkat harga yang berbeda). Berdasarkan kepada keadaan ini kurva AD dapat pula didefinisikan sebagai : suatu kurva yang menunjukkan keseimbangan di pasar barang dan pasar uang pada berbagai tingkat harga.

Gambar 2.1

Inflasi, Keseimbangan IS-LM dan Kurva AD

2.1.2 Kecondongan Kurva AD dan Faktor – faktor Penyebabnya

Kecondongan kurva AD ditentukan oleh dua faktor yaitu kecondongan kurva LM dan kecondongan kurva IS. Secara umum sifat pertalian diantara kecondongan AD dengan kecondongan kurva LM atau IS adalah :

Kurva AD semakin landai apabila kurva LM semakin curam dan
Kurva AD semakin landai apabila kurva IS juga semakin landai.

Perhatikan gambar 2.2, menunjukkan kurva LM yang curam. Misalkan berlaku penurunan harga, yaitu dari P0 menjadi P1. Perubahan ini menyebabkan kurva LM bergerak dari LM (P0) menjadi LM (P1). Tanpa perubahan suku bunga keseimbangan akan bergerak dari E0 menjadi E2 dan ini berarti pendapatan nasional akan berubah sebanyak Y0 Y2. Perubahan keseimbangan yang sebenarnya adalah dari E0 menjadi E1 dan berarti suku bunga turun menjadi r1 dan peningkatan pendapatan nasional hanyalah menjadi Y1. Berdasarkan perubahan keseimbangan ini kurva ADa dapat dibentuk, dan kurva ADa tersebut relatif lebih landai.

Gambar 2.2

Kurva LM Dan Kecondongan Kurva AD

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Memindahkan Kurva AD

Perubahan – perubahan di pasar barang atau perubahan di pasar uang akan memindahkan kurva AD. Perubahan – perubahan dalam perbelanjaan agregat, yang akan berlaku sebagai akibat perubahan dalam komponen-komponennya, seperti tabungan dan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak, dan ekspor-impor akan memindahkan AD ke kanan atau ke kiri. Begitu pula kedudukan AD akan berubah sebagai akibat perubahan permintaan dan penawaran uang.

2.2 Bentuk – Bentuk Kurva Penawaran Agregat

Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh pandangan ahli-ahli ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah mencapai kesempatan kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional dan kesempatan kerja ke atas tingkat harga serta cirri-ciri pasran tenaga kerja.

Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’ tergantung kepada faktor – faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor produksi inilah yang akan menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan Yf menjadi AS1 dan Y1f menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi yang sudah semakin banyak dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f.

Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P0. Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan Keynesian baru.

Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami perubahan. Sedangkan dalam “jangka panjang” perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga barang-barang tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor produksi) yang digunakan dalam proses produksi.

Gambar 2.3

Bentuk-bentuk Kurva Penawaran Agregat

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik

Dalam membicarakan mengenai pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, akan dilihat secara ringkas hal-hal mengenai yaitu:

Penentuan permintaan agregat

Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian sangat ditentukan oleh jumlah penawaran uang dan kelajuan peredaran uang. Permintaan agregat menunjukkan hubungan diantara harga dan pendapatan nasional riil serta menunjukkan sifat hubungan yang berbalikan diantara harga dengan pendapatan nasional riil yaitu pada harga yang tinggi permintaan agregat adalah sedikit dan semakin rendah harga semakin banyak permintaan agregat.

Penentuan penawaran agregat

Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.

Penentuan keseimbangan dalam perekonomian

Dalam analisis AD-AS keseimbangan dalam perekonomian dicapai pada keadaan dimana permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Dalam model Klasik pencapaian keseimbangan ini ditunjukkan dalam gambar 2.4. Grafik tersebut memperlihatkan penentuan keseimbangan berdasarkan kepada permintaan agregat Ado dan penawaran agregat AS0. Menurut Klasik perekonomian akan mencapai keseimbangan pada titik E0. Ini berarti dalam perekonomian pendapatan nasional riil akan mencapai Y0 dan ini merupakan pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh karena pada pendapatan nasional ini permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Pada tingkat keseimbangan ini tingkat harga adalah P0.

Keadaan yang digambarkan oleh titik A adalah: pendapatan nasional riil mencapai Y1 dan tingkat harga adalah P1. Keadaan ini menggambarkan bahwa perekonomian mengalami pengangguran dan berarti penawaran agregat melebihi permintaan agregat dan penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik ketidakseimbangan ini akan menimbulkan penyesuaian di pasaran tenaga kerja dan dipasaran barang. Di pasaran tenaga kerja kelebihan penawaran akan menimbulkan pengurangan ke atas tingkat riil. Penurunan upah riil ini akan menambah permintaan tenaga kerja dan pada waktu yang sama penawaran tenaga kerja menurun. Pada akhirnya keseimbangan diantara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan berlaku kembali dan tingkat kesempatan kerja penuh tercapai.Titik B menunjukkan permintaan agregat sebanyak Y2 adalah melebihi pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh (Y0). Kekurangan penawaran ini menyebabkan tingkat harga meningkat. Proses harga ini mengurangi permintaan agregat dan pada akhirnya ia seimbang dengan penawaran agregat.

Gambar 2.4

Keseimbangan AD-AS : Pandangan Klasik

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes

Keyakinan Keynes bahwa perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran dan pertambahan uang tidak akan menimbulkan kenaikan harga selama kesempatan kerja penuh belum tercapai, sangat mempengaruhi pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa pertambahan permintaan agregat hanya akan menimbulkan kenaikan dalam pendapatan nasional. Berdasarkan kepada keyakinan ini, dalam analisis Keynesian yang mula-mula berkembang, penentuan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.5.

Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan AD-AS dan perubahan-perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5. Misalkan pada mulanya keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0’ yang disebabkan karena permintaan agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan berada dibawah pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda dengan pandangan Klasik, pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti yang diterangkan dalam analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan berubah dan tidak akan mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan penawaran agregat pada kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak akan merosot untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa perubahan dalam permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.

Oleh karena Keynes berkeyakinan bahwa tanpa perubahan permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada tingkat dibawah kesempatan kerja penuh, Keynes menekankan tentang pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian kea rah tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah tersebut perlu ditumpukan kepada usaha menggeser kurva AD0 ke kanan yaitu AD1 dan yang lebih ideal lagi apabila dapat mencapat AD2. Perubahan sehingga ke tingkat AD3 perlu dihindari karena akan menimbulkan inflasi. Perubahan AD tersebut akan dapat mengurangi pengangguran dan apabila cukup efektif akan mewujudkan pula tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah yang ditekankan dalam pemikiran Keynesian adalah bersifat kebijakan mempengaruhi permintaan agregat atau demand management policy.

Gambar 2.5

Keseimbangan AD-AS Dalam Analisis Keynes.

BAB III

PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai cirri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negative (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.

Kurva Phillips

Contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar 3.1. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut : dalam tahun t0 – yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0’ dan dalam tahun t1 yaitu tahun 1995 tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah DW1. Titik to dan t1 menggambarkan hubungan tersebut. Maksudnya titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m0 dan titik t1 menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1 dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. kurva Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan titik-titik yang dicontohkan di atas. Walau bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian di antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat.

Gambar 3.1

Kurva Phillips

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan di antara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik (a) pada gambar 3.2. Kedua, berdasarkan sifat hubungan di antara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik (a) ini, selanjutnya ditentukan pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik (b). Kurva Phillips menunjukkan bahwa : semakin kecil tingkat pengangguran, semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah.

Gambar 3.2

Membentuk Kurva Penawaran Agregat

3.2 Penawaran Agregat Lucas : Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris

Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makroekonomi pada ketika ini selalu dikaitkan kepada analisis tersebut dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam tulisannya : “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam American Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja

Dalam teori Klasik yang telah diterangkan sebelum ini dimisalkan bahwa pasaran barang dan pasaran tenaga kerja adalah berbentuk pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti itu dianggap tidak terdapat hambatan untuk melakukan penyesuaian yang cepat. Keadaan di pasaran tenaga kerja tidak mempunyai sifat yang seperti itu. Informasi di pasaran tenaga kerja tidak selengkap di pasaran barang yang diakibatkan perubahan yang berlaku tidaklah seefisien seperti di pasaran barang.Sikap tenaga kerja memerlukan penyesuaian yang lebih lama dalam menghadapi perubahan yang berlaku. Ini disebabkan karena para pekerja memerlukan waktu yang lebih lama untuk menentukan apakah pendapatan riilnya adalah sama atau telah merosot. Dalam hal ini pada permulaannya para pekerja menghadapi masalah “ekspektasi yang salah” (wrong expectation). Apabila ini berlaku maka keadaan itu berarti bahwa tenaga kerja belum sepenuhnya menyadari perubahan yang berlaku di pasaran tenaga kerja.

Hal lain yang perlu disadari mengenai pasaran tenaga kerja adalah perbedaan cara pengusaha dan tenaga kerja mewujudkan ekspektasi mengenai keadaan di masa sekarang dan masa datang. Para pengusaha dan para pekerja perlu membuat ekspektasi mengenai tingkat harga dan upah riil di masa depan. Dari ekspektasi inilah para pengusaha menentukan permintaannya ke atas tenaga kerja dan para pekerja menentukan penawaran tenaga kerjanya. Para pekerja juga perlu membuat ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, terutama tingkat harga yang akan berlaku. Harga yang semakin tinggi akan mendorongnya menuntut upah nominal yang semakin tinggi, dan sebaliknya tingkat harga yang rendah menyebabkan mereka menuntut tingkat upah yang relatif rendah. Akan tetapi dari segi pekerja, yang dimaksudkan dengan “tingkat harga” adalah lebih rumit karena ia mencerminkan harga-harga dari berbagai barang yang dikonsumsikannya. Dalam menentukan tingkat upah yang dituntutnya di masa sekarang mereka perlu membuat ramalan mengenai tingkat harga yang berlaku di masa depan karena perubahan tingkat upah tidak dapat dilakukan setiap hari atau setiap bulan.

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah dan Kesempatan Kerja

Gambar dibawah ini menunjukkan keseimbangan pasaran tenaga kerja dan perubahan-perubahan dalam keseimbangan apabila berlaku perubahan harga dan tingkat upah. Terlebih dahulu perhatikan keseimbangan di titik E, yang dimisalkan keseimbangan yang ada pada mulanya berlaku. Kurva Ns (Pe = P0) menggambarkan penawaran tenaga kerja apabila ekspektasi para pekerja adalah : tingkat harga yang akan berlaku dalam ekonomi adalah (Pe=P0) atau expected price level) adalah P0. Sedangkan ND (P0) menggambarkan permintaan tenaga kerja apabila tingkat harga yang sebenarnya berlaku adalah P0. Menurut pendapat golongan Ekspektasi Rasional dan Monetaris, apabila keseimbangan dicapai pada keadaan dimana harga yang diramalkan akan berlaku (Pe) sama dengan harga sebenarnya (P0 untuk keseimbangan yang asal ini) maka perekonomian akan mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Berarti jumlah kesempatan kerja sebanyak N0 adalah kesempatan kerja pada kesempatan kerja penuh dan tingkat upah (nominal) yang berlaku adalah W0.

Gambar 3.3

Upah Nominal dan Permintaan Tenaga Kerja



3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat

Penentuan penawaran agregat seperti yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya Lucas diperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan ke atas permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan perubahan ke atas penawaran agregat.

Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis mengenai hubungan di antara keseimbangan di pasaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang diterangkan sebelum ini. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E- yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah No yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh. Titik E ini bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0’ dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja telah meningkat dan ini disebabkan karena kenaikan harga (dari P0 menjadi P1) diikuti oleh kenaikan upah yang lebih rendah tingkatnya (W0 menjadi W1) dan menyebabkan upah riil merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu harga mengalami tingkat pengurangan yang lebih besar (dari P0 menjadi P2) dari penurunan upah (dari W0 menjadi W3) dan mengakibatkan kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0).

Gambar 3.4

Kurva Penawaran Agregat

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak diantara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru

Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Uraian berikut akan menunjukkan pembentukan kurva AS dalam pendekatan Keynesian Baru dan perbandingan kurva AS menurut golongan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

Gambar 3.5 menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.

Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian, dan akan meningkatkan produksi nasional riil menjadi Y1.

Gambar 3.5

Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru

Untuk menunjukkan pembentukan kurva permintaan agregat golongan Klasik baru akan digunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1’ menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik D pada grafik (d). Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya yaitu apabila harga turun dari P0 menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A dan D yaitu kurva ASc. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran agregat Klasik Baru (ASc) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).

Gambar 3.6

Kurva AS: Pandangan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

3.4 Keseimbangan AD-AS Dan Perubahan – Perubahannya

Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek. Seperti telah diterangkan, dalam analisis jangka panjang akan berlaku perubahan tingkat harga maupun tingkat upah, sedangkan dalam analisis jangka pendek yang berubah hanyalah tingkat harga barang.

Dalam analisis keseimbangan AD-AS dalam makroekonomi didasarkan kepada pemikiran Klasik Baru yang berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja dan pasaran barang merupakan pasaran persainagna sempurna.Dalam pasaran yang demikian, keseimbangan diantara permintaan dan penawaran akan selalu tercapai dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan diantara permintaan dan penawaran adalah keadaan yang bersifat sementara. Penyesuaian-penyesuaian akan berlaku yang menyebabkan keseimbangan akan tercapai kembali, dan menyebabkan golongan Klasik Baru (dan golongan Monetaris) berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang keseimbangan makroekonomi akan tercapai pada tingkat kesempatan kerja penuh yaitu pada tingkat kegiatan ekonomi dimana pengangguran yang berlaku hanyalah terdiri dari pengangguran alamiah (natural unemployment).

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang

Kedudukan LRAS dapat ditentukan dengan melihat kepada: pada tingkat mana penggunaan tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh tercapai, dan kemampuan tenaga kerja tersebut menciptakan produksi nasional dalam keadaan dimana teknologi dan faktor produksi lain adalah konstan. Kurva LRAS menggambarkan hubungan pendapatan nasional riil dan tingkat harga dalam jangka panjang berbentuk tegak lurus di atas tingkat pendapatan nasional riil pada kesempatan kerja penuh.

Yang menentukan kedudukan LRAS adalah faktor-faktor produksi yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian. Ini berarti keseimbangan AD-AS dalam jangka panjang sangat tergantung pada kurva AD. Kedudukan kurva AD merupakan faktor yang menentukan kedudukan keseimbangan yang berlaku.

3.4.2 Perubahan keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek

Dalam jangka pendek permintaan agregat AD maupun penawaran agregat AS dapat mengalami perubahan.Dalam bagian ini akan diperhatikan : faktor-faktor yang menimbulkan perubahan tersebut dan implikasi dari perubahan tersebut ke atas keseimbangan makroekonomi jangka pendek. Berdasarkan kepada faktor yang menimbulkannya, perubahankeseimbangan jangka pendek yang berlaku dapat dibedakan kepada faktor-faktor yang berikut :

Pertambahan dalam permintaan agregat
Kemerosotan dalam permintaan agregat
Kenaikan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan mentah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diperoleh dari makalah yang kami buat ini adalah :

Ø Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap.

Ø Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat.

Ø Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran

Ø Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek

4.2 Saran

Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menunjang

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadono Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

2. Sadono Sukirno.2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

Kemiskinan Petani dan Keberpihakan Negara

Sektor pertanian (dalam arti yang luas) masih merupakan sektor strategis bagi bangsa Indonesia untuk waktu lima dan sepuluh tahun kedepan. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan nelayan. Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu peran dan partisipasinya dalam proses pembangunan bangsa adalah merupakan keniscayaan.

Tetapi kenyataan sejarah menunjukkan tragis atau boleh jadi memang pertanian kita mengalami tragedi yang menggenaskan. Betapa tidak, negara dengan zamrud khatulistiwa dan hamparan laut yang menyimpan sejuta kekayaan alam terjarah tanpa perhitungan jangka panjang dan survivalitas lingkungan. Alam dikelola dengan rakus tanpa memperhatikan keseimbangan ekologis. Maka akibat yang terjadi adalah penjarahan hutan dengan beribu-ribu kekayaan dan isinya. Begitu pula dengan eksploitasi besar-besaran terhadap hasil laut kita. Yang terpinggirkan kemudian adalah petani kecil (dalam arti luas) baik disebabkan oleh keterbatasan akses dan kemampuan skill yang dimilikinya.

Pertanyaannya kemudian, kenapa petani secara terus menerus mengalami pemiskinan?, Bagaimana regulasi (politik) memegang peranan dalam kemiskinan petani?, dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan pemangku stakeholders dalam mencari alternatif penyelesaiaan masalah kemiskinan petani?.

Fenomena Kemiskinan

Sampai sejauh ini “kemiskinan” bukan istilah baru dalam kamus pembangunan ekonomi Indonesia. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari borjuis sampai proletar, birokrat tingkat tinggi sampai RT/RW, mengakui kenyataan kemiskinan di negara kita. Kemiskinan merupakan persoalan yang mengandung banyak dimensi dan menuntut pemecahan dengan ragam pendekaran (aproach).

Para ahli dan pemerhati masalah kemiskinan mencoba mengklasifikasi kemsikinan kedalam empat bentuk, dan kesemuanya memiliki makna dan arti tersendiri. Keempat bentuk tersebut adalah kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan struktural, dan kemiskinan kultural (Owin Jamasy, 2004). Pertama, kemiskinan absolut adalah kemiskinan dimana tingkat pendapatannya di bawah “garis kemiskinan” atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum.

Kedua, kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. Ketiga, kemiskinan kultural karena mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki kehidupannya, malas, pemboros, dan atau tidak kreatif. Kemiskinan semacam ini dalam analisis Freirean disebut dengan naifal consiunes . Keempat, kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

Kenyataan terakhir inilah yang saya kira melanda petani Indonesia. Berupa kemiskinan struktural. Hemat penulis kenyataan ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan nasional selama sekian tahun yang menganut atau berorientasi kepada “pertumbuhan ekonomi” atau Growth Paradigm. Maka kemudian yang lahir adalah kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Yang kaya semakin kaya, juga sebaliknya si miskin semakin miskin.

Lalu apa penyebab kemiskinan petani? Menurut Dawam Raharjo (1995) dalam kesimpulannya tentang penyebab kemiskinan di Indonesia, menyebutkan ada tujuh faktor penyebab kemiskinan di Indonesia; Pertama, kemiskinan disebabkan oleh kesempatan kerja (miskin karena menganggur atau tidak mempunyai kesempatan kerja); Kedua, upah gaji dibawah standar minimum; Ketiga, produktiitas kerja yang rendah; Keempat, ketiadaan aset (misalnya petani miskin karena tidak memiliki lahan, dan tidak mempunyai kesempatan untuk mengolah lahan); Kelima, diskriminasi, misalnya diskriminasi karena jenis kelamin dan kelas sosial masyarakat; Keenam, tekanan harga (biasanya berlangsung pada petani kecil atau pengrajin dalam industri rumah tangga; dan Ketujuh, penjualan tanah (tanah yang potensi untuk masa depan kehidupan keluarga telah habis dijual).

Negara dan Petani

Bung Karno (presiden pertama R.I.) dalam sebuah kutipan pidatonya pada peresmian gedung fakultas pertanian Universitas Indonesia (sekarang IPB) mengatakan bahwa “Pertanian adalah Soal Hidup atau Mati”. Penulis sepakat dengan bung Karno, sebab negara manapun di dunia ini tidak ada yang besar tanpa didahului oleh kemapanan pertaniannya. Abraham Lincoln (mantan presiden Amerika Serikat) mengatakan bahwa pertanianlah yang membuat rakyat Amerika bersatu, bersahabat, dan saling kenal mengenal. Jadi pertanian merupakan kunci untuk kelanggengan suatu negara.

Maka ada baiknya kalau sekali-kali kita harus belajar ke negara paman sam (AS), Japan, dan negara-negara Uni Eropa dalam hal pemihakan negara terhadap pertaniannya. Penguatan pertanian oleh negara-negara barat dilanjutkan berdasarkan keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dengan pertumbuhan industri manufaktur. Pasca 1850, maka terjadi dua revolusi pertanian utama. Pertama, mekanisasi pertanian; Kedua, penggunaan input pertanian yang tinggi. Antara mekanisasi pertanian dimana penggunaan mesin-mesin pertanian dalam pengolahan lahan mendorong meluasnya penambahan lahan pertanian. Ini sekaligus menunjukkan transformasi sektor agraria ke industri berjalan beriringan, saling terkait, dan saling mendukung di kedua belah pihak; bukan malah bertentangan sebagaimana yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, yaitu kontradiksi pertanian-industri dan kontradiksi desa-kota.

Karena itu menurut Bonnie Setiawan (2003) bahwa sejarah pertanian Barat adalah sejarah proteksi dan subsidi. Dimana pemeran utama kebijakan tersebut adalah pemerintah (negara). Negara-negara tersebut tidak mau mengambil resiko walaupun dunia mendesak mereka untuk mengurangi subsidi di bidang pertanian. Walaupun logis negara-negara ini untuk mengurangi subsidinya karena kelebihan produksi, subsidi tetap masih diberikan dan petaninya tidak dipersulit hidupnya.

Kalau demikian persoalannya saya masih percaya bahwa untuk keluar dari problem kemiskinan petani tidak lain adalah bagaimana pemerintah dan seluruh stakeholdersnya mampu menempatkan pertanian bukan hanya sebagai persoalan sektoral (ekonomi) saja tetapi bagaimana melihat pertanian sebagai persoalan negara.

Karena itu pemberdayaan petani dengan pemberian subsidi dan proteksi terhadap pertanian dan hasil-hasilnya adalah jalan yang paling mungkin untuk membenahi persoalan pertanian masa depan. Sebab itu meminjam istilahnya Agus Pakpahan (2004) yang dibutuhkan bukan hanya “kail’ dan “umpan” untuk petani agar maju dan berkembang. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah diperlukannya “kolam” dan “akses” terhadap “kolam” itu. Walaupun diberi “kail” dan “umpan” kepada petani, tetap saja tidak akan bermamfaat selama kolamnya dipagari dan tidak dibuka ruang akses kepadanya. (Tulisan ini pernah terbit di harian Tribun-Timur, kamis 02 Desember 2004). l
 
© 2009 Kumpulan Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan