Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II dengan judul “Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas kelompok ini antara lain :

Bapak Putu Yudi Wijaya, SE.M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah teori Ekonomi II.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu baik berupa tenaga maupun pemikiran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran-saran serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………..2

BAB II. PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat: Tingkat Harga dan Perbelanjaan Riil…………………………3

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat………………………………………..3

2.1.2 Kecondongan Kurva AD Dan Faktor-faktor Penyebabnya………………….6

2.1.3 Faktor-faktor Yang Memindahkan Kurva AD…………………………………..7

2.2 Bentuk-Bentuk Kurva Penawaran Agregat……………………………………………….7

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik……………………………………………..9

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik………………………………………………9

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes…………11

BAB III. PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………………….13

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………….14

3.2 Penawaran Agregat Lucas:

Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris……………………………………….16

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja………………………………………16

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah Dan Kesempatan kerja……………………….17

3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat………………………………………..18

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru……………………………………….19

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru…………………….19

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru……………………21

3.4 Keseimbangan AD-AS dan Perubahan – Perubahannya……………………..22

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang………………………………..22

3.4.1 Perubahan Keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek…………………23

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan …………………………………………………………………….24

4.2 Saran …………………………………………………………………..……24

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis keseimbangan makroekonomi yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun 1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis yang ada belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin berlaku dalam perekonomian.

Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada sifat analisisnya ini yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi penawaran, analisis keseimbangan makroekonomi ini lebih dikenal sebagai model permintaan – penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis AD-AS.

Pemikiran makroekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu rigid. Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis AD-AS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat ?

2. Bagaimana analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana ?

3. Bagaimana pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II sebagai tugas akhir semester.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat

3. Untuk mengetahui analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana

4. Untuk mengetahui pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS.

BAB II

PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat : Tingkat Harga Dan Perbelanjaan Riil

Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap. Dalam analisis tersebut perbelanjaan agregat memberikan gambaran tentang tingkat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian pada berbagai tingkat pendapatan nasional. Permintaan agregat atau aggregate demand (AD) menggambarkan hubungan yang sedikit berbeda. Permintaan agregat menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat harga dengan nilai riil perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian.

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat

Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat. Hal ini menimbulkan efek yang sangat penting ke atas permintaan ke atas uang terutama permintaan uang untuk membiayai transaksi-transaksi jual beli barang yang dilakukan. Keadaan ini akan mengakibatkan kenaikkan suku bunga, peningkatan ini akan menyebabkan kemerosotan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Berdasarkan analisis mengenai kenaikan tingkat harga ke atas permintaan domestik ke atas barang dan jasa dan ke atas kegiatan di sektor ekspor dan impor dapatlah disimpulkan bahwa diantara harga dan permintaan agregat (AD) terdapat sifat perkaitan yang berikut : semakin tinggi harga semakin sedikit permintaan agregat.

Dalam bagian (a) ditunjukkan keseimbangan IS-LM, dan perubahan keseimbangan tersebut sebagai akibat inflasi. Kurva LM yang asal adalah LM0 (P0) dan maksudnya adalah keluk LM yang dibentuk dengan memisalkan penawaran uang nominal adalah Mo dan tingkat harga adalah P0. Kurva LM ini berpotongan dengan IS di E0 dan berarti pada mulanya keseimbangan dicapai di E0 yang menggambarkan suku bunga adalah r0 dan pendapatan nasional adalah Y0.

Seterusnya misalkan perekonomian menghadapi masalah inflasi, yaitu tingkat harga mengalami kenaikan dari P0 menjadi P1. Kenaikan tersebut menyebabkan penawaran uang riil merosot dari M0/P0 menjadi M0/P1. Kenaikan harga-harga ini yang menyebabkan permintaan uang nominal untuk setiap tingkat pendapatan nasional riil bertambah, akan memindahkan kurva LM0 (P0) ke sebelah kiri menjadi LM0 (P1). Kurva LM yang baru ini akan memotong IS di E1. Keseimbangan yang baru ini menunjukkan suku bunga meningkat dari r0 menjadi r1 dan pendapatan nasional (riil) merosot dari Y0 menjadi Y1.

Berdasarkan kepada keseimbangan IS-LM yang digambarkan di atas, telah dapat ditunjukkan cirri hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil dan seterusnya kurva permintaan agregat AD dapat diwujudkan. Keseimbangan pada E0 menunjukkan bahwa pada pendapatan nasional Y0 tingkat harga adalah P0 dan keseimbangan pada E1 menunjukkan pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Hubungan diantara tingkat harga dan pendapatan nasional ini ditunjukkan kembali pada bagian (b) dari gambar 2.1. Kurva AD diperoleh dengan menghubungkan titik E0 dengan titik E1. Dalam analisis permintaan agregat – penawaran agregat sumbu datar hanya menunjukkan pendapatan nasional riil dan disingkat dengan notasi Y*. Dalam analisis IS-LM misalkan tingkat harga tidak berubah, dan pemisalan ini menyebabkan sumbu datar diberi notasi Y yang menggambarkan pendapatan nasional nominal dan riil, karena keduanya mempunyai nilai yang sama.

Bentuk AD seperti dalam gambar 2.1 adalah bentuk kurva AD yang tipikal, dan keadaan itu disebabkan oleh dua perubahan penting yaitu :

Inflasi akan menyebabkan suku bunga meningkat. Kenaikan suku bunga ini pertama-tama menyebabkan investasi turun yang selanjutnya akan menurunkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Inflasi menyebabkan kemerosotan ekspor dan kenaikan impor yang juga akan menyebabkan pengurangan ke atas permintaan agregat dan pendapatan nasional.

Analisis di atas menunjukkan bahwa titik-titik pada kurva AD menggambarkan

keseimbangan yang berlaku serentak di pasaran barang dan pasaran uang (karena setiap titik pada AD menggambarkan keseimbangan IS-LM pada tingkat harga yang berbeda). Berdasarkan kepada keadaan ini kurva AD dapat pula didefinisikan sebagai : suatu kurva yang menunjukkan keseimbangan di pasar barang dan pasar uang pada berbagai tingkat harga.

Gambar 2.1

Inflasi, Keseimbangan IS-LM dan Kurva AD

2.1.2 Kecondongan Kurva AD dan Faktor – faktor Penyebabnya

Kecondongan kurva AD ditentukan oleh dua faktor yaitu kecondongan kurva LM dan kecondongan kurva IS. Secara umum sifat pertalian diantara kecondongan AD dengan kecondongan kurva LM atau IS adalah :

Kurva AD semakin landai apabila kurva LM semakin curam dan
Kurva AD semakin landai apabila kurva IS juga semakin landai.

Perhatikan gambar 2.2, menunjukkan kurva LM yang curam. Misalkan berlaku penurunan harga, yaitu dari P0 menjadi P1. Perubahan ini menyebabkan kurva LM bergerak dari LM (P0) menjadi LM (P1). Tanpa perubahan suku bunga keseimbangan akan bergerak dari E0 menjadi E2 dan ini berarti pendapatan nasional akan berubah sebanyak Y0 Y2. Perubahan keseimbangan yang sebenarnya adalah dari E0 menjadi E1 dan berarti suku bunga turun menjadi r1 dan peningkatan pendapatan nasional hanyalah menjadi Y1. Berdasarkan perubahan keseimbangan ini kurva ADa dapat dibentuk, dan kurva ADa tersebut relatif lebih landai.

Gambar 2.2

Kurva LM Dan Kecondongan Kurva AD

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Memindahkan Kurva AD

Perubahan – perubahan di pasar barang atau perubahan di pasar uang akan memindahkan kurva AD. Perubahan – perubahan dalam perbelanjaan agregat, yang akan berlaku sebagai akibat perubahan dalam komponen-komponennya, seperti tabungan dan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak, dan ekspor-impor akan memindahkan AD ke kanan atau ke kiri. Begitu pula kedudukan AD akan berubah sebagai akibat perubahan permintaan dan penawaran uang.

2.2 Bentuk – Bentuk Kurva Penawaran Agregat

Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh pandangan ahli-ahli ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah mencapai kesempatan kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional dan kesempatan kerja ke atas tingkat harga serta cirri-ciri pasran tenaga kerja.

Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’ tergantung kepada faktor – faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor produksi inilah yang akan menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan Yf menjadi AS1 dan Y1f menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi yang sudah semakin banyak dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f.

Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P0. Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan Keynesian baru.

Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami perubahan. Sedangkan dalam “jangka panjang” perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga barang-barang tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor produksi) yang digunakan dalam proses produksi.

Gambar 2.3

Bentuk-bentuk Kurva Penawaran Agregat

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik

Dalam membicarakan mengenai pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, akan dilihat secara ringkas hal-hal mengenai yaitu:

Penentuan permintaan agregat

Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian sangat ditentukan oleh jumlah penawaran uang dan kelajuan peredaran uang. Permintaan agregat menunjukkan hubungan diantara harga dan pendapatan nasional riil serta menunjukkan sifat hubungan yang berbalikan diantara harga dengan pendapatan nasional riil yaitu pada harga yang tinggi permintaan agregat adalah sedikit dan semakin rendah harga semakin banyak permintaan agregat.

Penentuan penawaran agregat

Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.

Penentuan keseimbangan dalam perekonomian

Dalam analisis AD-AS keseimbangan dalam perekonomian dicapai pada keadaan dimana permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Dalam model Klasik pencapaian keseimbangan ini ditunjukkan dalam gambar 2.4. Grafik tersebut memperlihatkan penentuan keseimbangan berdasarkan kepada permintaan agregat Ado dan penawaran agregat AS0. Menurut Klasik perekonomian akan mencapai keseimbangan pada titik E0. Ini berarti dalam perekonomian pendapatan nasional riil akan mencapai Y0 dan ini merupakan pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh karena pada pendapatan nasional ini permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Pada tingkat keseimbangan ini tingkat harga adalah P0.

Keadaan yang digambarkan oleh titik A adalah: pendapatan nasional riil mencapai Y1 dan tingkat harga adalah P1. Keadaan ini menggambarkan bahwa perekonomian mengalami pengangguran dan berarti penawaran agregat melebihi permintaan agregat dan penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik ketidakseimbangan ini akan menimbulkan penyesuaian di pasaran tenaga kerja dan dipasaran barang. Di pasaran tenaga kerja kelebihan penawaran akan menimbulkan pengurangan ke atas tingkat riil. Penurunan upah riil ini akan menambah permintaan tenaga kerja dan pada waktu yang sama penawaran tenaga kerja menurun. Pada akhirnya keseimbangan diantara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan berlaku kembali dan tingkat kesempatan kerja penuh tercapai.Titik B menunjukkan permintaan agregat sebanyak Y2 adalah melebihi pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh (Y0). Kekurangan penawaran ini menyebabkan tingkat harga meningkat. Proses harga ini mengurangi permintaan agregat dan pada akhirnya ia seimbang dengan penawaran agregat.

Gambar 2.4

Keseimbangan AD-AS : Pandangan Klasik

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes

Keyakinan Keynes bahwa perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran dan pertambahan uang tidak akan menimbulkan kenaikan harga selama kesempatan kerja penuh belum tercapai, sangat mempengaruhi pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa pertambahan permintaan agregat hanya akan menimbulkan kenaikan dalam pendapatan nasional. Berdasarkan kepada keyakinan ini, dalam analisis Keynesian yang mula-mula berkembang, penentuan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.5.

Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan AD-AS dan perubahan-perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5. Misalkan pada mulanya keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0’ yang disebabkan karena permintaan agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan berada dibawah pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda dengan pandangan Klasik, pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti yang diterangkan dalam analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan berubah dan tidak akan mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan penawaran agregat pada kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak akan merosot untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa perubahan dalam permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.

Oleh karena Keynes berkeyakinan bahwa tanpa perubahan permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada tingkat dibawah kesempatan kerja penuh, Keynes menekankan tentang pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian kea rah tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah tersebut perlu ditumpukan kepada usaha menggeser kurva AD0 ke kanan yaitu AD1 dan yang lebih ideal lagi apabila dapat mencapat AD2. Perubahan sehingga ke tingkat AD3 perlu dihindari karena akan menimbulkan inflasi. Perubahan AD tersebut akan dapat mengurangi pengangguran dan apabila cukup efektif akan mewujudkan pula tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah yang ditekankan dalam pemikiran Keynesian adalah bersifat kebijakan mempengaruhi permintaan agregat atau demand management policy.

Gambar 2.5

Keseimbangan AD-AS Dalam Analisis Keynes.

BAB III

PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai cirri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negative (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.

Kurva Phillips

Contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar 3.1. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut : dalam tahun t0 – yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0’ dan dalam tahun t1 yaitu tahun 1995 tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah DW1. Titik to dan t1 menggambarkan hubungan tersebut. Maksudnya titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m0 dan titik t1 menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1 dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. kurva Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan titik-titik yang dicontohkan di atas. Walau bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian di antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat.

Gambar 3.1

Kurva Phillips

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan di antara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik (a) pada gambar 3.2. Kedua, berdasarkan sifat hubungan di antara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik (a) ini, selanjutnya ditentukan pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik (b). Kurva Phillips menunjukkan bahwa : semakin kecil tingkat pengangguran, semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah.

Gambar 3.2

Membentuk Kurva Penawaran Agregat

3.2 Penawaran Agregat Lucas : Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris

Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makroekonomi pada ketika ini selalu dikaitkan kepada analisis tersebut dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam tulisannya : “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam American Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja

Dalam teori Klasik yang telah diterangkan sebelum ini dimisalkan bahwa pasaran barang dan pasaran tenaga kerja adalah berbentuk pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti itu dianggap tidak terdapat hambatan untuk melakukan penyesuaian yang cepat. Keadaan di pasaran tenaga kerja tidak mempunyai sifat yang seperti itu. Informasi di pasaran tenaga kerja tidak selengkap di pasaran barang yang diakibatkan perubahan yang berlaku tidaklah seefisien seperti di pasaran barang.Sikap tenaga kerja memerlukan penyesuaian yang lebih lama dalam menghadapi perubahan yang berlaku. Ini disebabkan karena para pekerja memerlukan waktu yang lebih lama untuk menentukan apakah pendapatan riilnya adalah sama atau telah merosot. Dalam hal ini pada permulaannya para pekerja menghadapi masalah “ekspektasi yang salah” (wrong expectation). Apabila ini berlaku maka keadaan itu berarti bahwa tenaga kerja belum sepenuhnya menyadari perubahan yang berlaku di pasaran tenaga kerja.

Hal lain yang perlu disadari mengenai pasaran tenaga kerja adalah perbedaan cara pengusaha dan tenaga kerja mewujudkan ekspektasi mengenai keadaan di masa sekarang dan masa datang. Para pengusaha dan para pekerja perlu membuat ekspektasi mengenai tingkat harga dan upah riil di masa depan. Dari ekspektasi inilah para pengusaha menentukan permintaannya ke atas tenaga kerja dan para pekerja menentukan penawaran tenaga kerjanya. Para pekerja juga perlu membuat ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, terutama tingkat harga yang akan berlaku. Harga yang semakin tinggi akan mendorongnya menuntut upah nominal yang semakin tinggi, dan sebaliknya tingkat harga yang rendah menyebabkan mereka menuntut tingkat upah yang relatif rendah. Akan tetapi dari segi pekerja, yang dimaksudkan dengan “tingkat harga” adalah lebih rumit karena ia mencerminkan harga-harga dari berbagai barang yang dikonsumsikannya. Dalam menentukan tingkat upah yang dituntutnya di masa sekarang mereka perlu membuat ramalan mengenai tingkat harga yang berlaku di masa depan karena perubahan tingkat upah tidak dapat dilakukan setiap hari atau setiap bulan.

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah dan Kesempatan Kerja

Gambar dibawah ini menunjukkan keseimbangan pasaran tenaga kerja dan perubahan-perubahan dalam keseimbangan apabila berlaku perubahan harga dan tingkat upah. Terlebih dahulu perhatikan keseimbangan di titik E, yang dimisalkan keseimbangan yang ada pada mulanya berlaku. Kurva Ns (Pe = P0) menggambarkan penawaran tenaga kerja apabila ekspektasi para pekerja adalah : tingkat harga yang akan berlaku dalam ekonomi adalah (Pe=P0) atau expected price level) adalah P0. Sedangkan ND (P0) menggambarkan permintaan tenaga kerja apabila tingkat harga yang sebenarnya berlaku adalah P0. Menurut pendapat golongan Ekspektasi Rasional dan Monetaris, apabila keseimbangan dicapai pada keadaan dimana harga yang diramalkan akan berlaku (Pe) sama dengan harga sebenarnya (P0 untuk keseimbangan yang asal ini) maka perekonomian akan mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Berarti jumlah kesempatan kerja sebanyak N0 adalah kesempatan kerja pada kesempatan kerja penuh dan tingkat upah (nominal) yang berlaku adalah W0.

Gambar 3.3

Upah Nominal dan Permintaan Tenaga Kerja



3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat

Penentuan penawaran agregat seperti yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya Lucas diperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan ke atas permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan perubahan ke atas penawaran agregat.

Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis mengenai hubungan di antara keseimbangan di pasaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang diterangkan sebelum ini. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E- yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah No yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh. Titik E ini bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0’ dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja telah meningkat dan ini disebabkan karena kenaikan harga (dari P0 menjadi P1) diikuti oleh kenaikan upah yang lebih rendah tingkatnya (W0 menjadi W1) dan menyebabkan upah riil merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu harga mengalami tingkat pengurangan yang lebih besar (dari P0 menjadi P2) dari penurunan upah (dari W0 menjadi W3) dan mengakibatkan kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0).

Gambar 3.4

Kurva Penawaran Agregat

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak diantara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru

Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Uraian berikut akan menunjukkan pembentukan kurva AS dalam pendekatan Keynesian Baru dan perbandingan kurva AS menurut golongan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

Gambar 3.5 menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.

Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian, dan akan meningkatkan produksi nasional riil menjadi Y1.

Gambar 3.5

Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru

Untuk menunjukkan pembentukan kurva permintaan agregat golongan Klasik baru akan digunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1’ menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik D pada grafik (d). Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya yaitu apabila harga turun dari P0 menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A dan D yaitu kurva ASc. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran agregat Klasik Baru (ASc) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).

Gambar 3.6

Kurva AS: Pandangan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

3.4 Keseimbangan AD-AS Dan Perubahan – Perubahannya

Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek. Seperti telah diterangkan, dalam analisis jangka panjang akan berlaku perubahan tingkat harga maupun tingkat upah, sedangkan dalam analisis jangka pendek yang berubah hanyalah tingkat harga barang.

Dalam analisis keseimbangan AD-AS dalam makroekonomi didasarkan kepada pemikiran Klasik Baru yang berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja dan pasaran barang merupakan pasaran persainagna sempurna.Dalam pasaran yang demikian, keseimbangan diantara permintaan dan penawaran akan selalu tercapai dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan diantara permintaan dan penawaran adalah keadaan yang bersifat sementara. Penyesuaian-penyesuaian akan berlaku yang menyebabkan keseimbangan akan tercapai kembali, dan menyebabkan golongan Klasik Baru (dan golongan Monetaris) berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang keseimbangan makroekonomi akan tercapai pada tingkat kesempatan kerja penuh yaitu pada tingkat kegiatan ekonomi dimana pengangguran yang berlaku hanyalah terdiri dari pengangguran alamiah (natural unemployment).

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang

Kedudukan LRAS dapat ditentukan dengan melihat kepada: pada tingkat mana penggunaan tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh tercapai, dan kemampuan tenaga kerja tersebut menciptakan produksi nasional dalam keadaan dimana teknologi dan faktor produksi lain adalah konstan. Kurva LRAS menggambarkan hubungan pendapatan nasional riil dan tingkat harga dalam jangka panjang berbentuk tegak lurus di atas tingkat pendapatan nasional riil pada kesempatan kerja penuh.

Yang menentukan kedudukan LRAS adalah faktor-faktor produksi yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian. Ini berarti keseimbangan AD-AS dalam jangka panjang sangat tergantung pada kurva AD. Kedudukan kurva AD merupakan faktor yang menentukan kedudukan keseimbangan yang berlaku.

3.4.2 Perubahan keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek

Dalam jangka pendek permintaan agregat AD maupun penawaran agregat AS dapat mengalami perubahan.Dalam bagian ini akan diperhatikan : faktor-faktor yang menimbulkan perubahan tersebut dan implikasi dari perubahan tersebut ke atas keseimbangan makroekonomi jangka pendek. Berdasarkan kepada faktor yang menimbulkannya, perubahankeseimbangan jangka pendek yang berlaku dapat dibedakan kepada faktor-faktor yang berikut :

Pertambahan dalam permintaan agregat
Kemerosotan dalam permintaan agregat
Kenaikan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan mentah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diperoleh dari makalah yang kami buat ini adalah :

Ø Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap.

Ø Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat.

Ø Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran

Ø Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek

4.2 Saran

Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menunjang

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadono Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

2. Sadono Sukirno.2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

Kemiskinan Petani dan Keberpihakan Negara

Sektor pertanian (dalam arti yang luas) masih merupakan sektor strategis bagi bangsa Indonesia untuk waktu lima dan sepuluh tahun kedepan. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan nelayan. Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu peran dan partisipasinya dalam proses pembangunan bangsa adalah merupakan keniscayaan.

Tetapi kenyataan sejarah menunjukkan tragis atau boleh jadi memang pertanian kita mengalami tragedi yang menggenaskan. Betapa tidak, negara dengan zamrud khatulistiwa dan hamparan laut yang menyimpan sejuta kekayaan alam terjarah tanpa perhitungan jangka panjang dan survivalitas lingkungan. Alam dikelola dengan rakus tanpa memperhatikan keseimbangan ekologis. Maka akibat yang terjadi adalah penjarahan hutan dengan beribu-ribu kekayaan dan isinya. Begitu pula dengan eksploitasi besar-besaran terhadap hasil laut kita. Yang terpinggirkan kemudian adalah petani kecil (dalam arti luas) baik disebabkan oleh keterbatasan akses dan kemampuan skill yang dimilikinya.

Pertanyaannya kemudian, kenapa petani secara terus menerus mengalami pemiskinan?, Bagaimana regulasi (politik) memegang peranan dalam kemiskinan petani?, dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan pemangku stakeholders dalam mencari alternatif penyelesaiaan masalah kemiskinan petani?.

Fenomena Kemiskinan

Sampai sejauh ini “kemiskinan” bukan istilah baru dalam kamus pembangunan ekonomi Indonesia. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari borjuis sampai proletar, birokrat tingkat tinggi sampai RT/RW, mengakui kenyataan kemiskinan di negara kita. Kemiskinan merupakan persoalan yang mengandung banyak dimensi dan menuntut pemecahan dengan ragam pendekaran (aproach).

Para ahli dan pemerhati masalah kemiskinan mencoba mengklasifikasi kemsikinan kedalam empat bentuk, dan kesemuanya memiliki makna dan arti tersendiri. Keempat bentuk tersebut adalah kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan struktural, dan kemiskinan kultural (Owin Jamasy, 2004). Pertama, kemiskinan absolut adalah kemiskinan dimana tingkat pendapatannya di bawah “garis kemiskinan” atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum.

Kedua, kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. Ketiga, kemiskinan kultural karena mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki kehidupannya, malas, pemboros, dan atau tidak kreatif. Kemiskinan semacam ini dalam analisis Freirean disebut dengan naifal consiunes . Keempat, kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

Kenyataan terakhir inilah yang saya kira melanda petani Indonesia. Berupa kemiskinan struktural. Hemat penulis kenyataan ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan nasional selama sekian tahun yang menganut atau berorientasi kepada “pertumbuhan ekonomi” atau Growth Paradigm. Maka kemudian yang lahir adalah kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Yang kaya semakin kaya, juga sebaliknya si miskin semakin miskin.

Lalu apa penyebab kemiskinan petani? Menurut Dawam Raharjo (1995) dalam kesimpulannya tentang penyebab kemiskinan di Indonesia, menyebutkan ada tujuh faktor penyebab kemiskinan di Indonesia; Pertama, kemiskinan disebabkan oleh kesempatan kerja (miskin karena menganggur atau tidak mempunyai kesempatan kerja); Kedua, upah gaji dibawah standar minimum; Ketiga, produktiitas kerja yang rendah; Keempat, ketiadaan aset (misalnya petani miskin karena tidak memiliki lahan, dan tidak mempunyai kesempatan untuk mengolah lahan); Kelima, diskriminasi, misalnya diskriminasi karena jenis kelamin dan kelas sosial masyarakat; Keenam, tekanan harga (biasanya berlangsung pada petani kecil atau pengrajin dalam industri rumah tangga; dan Ketujuh, penjualan tanah (tanah yang potensi untuk masa depan kehidupan keluarga telah habis dijual).

Negara dan Petani

Bung Karno (presiden pertama R.I.) dalam sebuah kutipan pidatonya pada peresmian gedung fakultas pertanian Universitas Indonesia (sekarang IPB) mengatakan bahwa “Pertanian adalah Soal Hidup atau Mati”. Penulis sepakat dengan bung Karno, sebab negara manapun di dunia ini tidak ada yang besar tanpa didahului oleh kemapanan pertaniannya. Abraham Lincoln (mantan presiden Amerika Serikat) mengatakan bahwa pertanianlah yang membuat rakyat Amerika bersatu, bersahabat, dan saling kenal mengenal. Jadi pertanian merupakan kunci untuk kelanggengan suatu negara.

Maka ada baiknya kalau sekali-kali kita harus belajar ke negara paman sam (AS), Japan, dan negara-negara Uni Eropa dalam hal pemihakan negara terhadap pertaniannya. Penguatan pertanian oleh negara-negara barat dilanjutkan berdasarkan keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dengan pertumbuhan industri manufaktur. Pasca 1850, maka terjadi dua revolusi pertanian utama. Pertama, mekanisasi pertanian; Kedua, penggunaan input pertanian yang tinggi. Antara mekanisasi pertanian dimana penggunaan mesin-mesin pertanian dalam pengolahan lahan mendorong meluasnya penambahan lahan pertanian. Ini sekaligus menunjukkan transformasi sektor agraria ke industri berjalan beriringan, saling terkait, dan saling mendukung di kedua belah pihak; bukan malah bertentangan sebagaimana yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, yaitu kontradiksi pertanian-industri dan kontradiksi desa-kota.

Karena itu menurut Bonnie Setiawan (2003) bahwa sejarah pertanian Barat adalah sejarah proteksi dan subsidi. Dimana pemeran utama kebijakan tersebut adalah pemerintah (negara). Negara-negara tersebut tidak mau mengambil resiko walaupun dunia mendesak mereka untuk mengurangi subsidi di bidang pertanian. Walaupun logis negara-negara ini untuk mengurangi subsidinya karena kelebihan produksi, subsidi tetap masih diberikan dan petaninya tidak dipersulit hidupnya.

Kalau demikian persoalannya saya masih percaya bahwa untuk keluar dari problem kemiskinan petani tidak lain adalah bagaimana pemerintah dan seluruh stakeholdersnya mampu menempatkan pertanian bukan hanya sebagai persoalan sektoral (ekonomi) saja tetapi bagaimana melihat pertanian sebagai persoalan negara.

Karena itu pemberdayaan petani dengan pemberian subsidi dan proteksi terhadap pertanian dan hasil-hasilnya adalah jalan yang paling mungkin untuk membenahi persoalan pertanian masa depan. Sebab itu meminjam istilahnya Agus Pakpahan (2004) yang dibutuhkan bukan hanya “kail’ dan “umpan” untuk petani agar maju dan berkembang. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah diperlukannya “kolam” dan “akses” terhadap “kolam” itu. Walaupun diberi “kail” dan “umpan” kepada petani, tetap saja tidak akan bermamfaat selama kolamnya dipagari dan tidak dibuka ruang akses kepadanya. (Tulisan ini pernah terbit di harian Tribun-Timur, kamis 02 Desember 2004). l

Berhenti Merokok????

Merokok
Rokok telah menjadi benda kecil yang paling banyak digemari. Merokok telah menjadi gaya hidup bagi banyak pria dan wanita, bahkan termasuk anak-anak dan kaum remaja. Kebiasaan merokok telah mengakibatkan banyak penyakit dari gangguan pernapasan hingga kanker. Meski menyadari bahaya merokok, orang-orang di seluruh dunia masih terus mengisap belasan milyar batang rokok setiap harinya.

Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia. Jumlah perokok di negara-negara berkembang jauh lebih banyak dibanding jumlah perokok di negara maju. Angka yang sangat memprihatinkan mengingat akibat buruk dari merokok baru akan dirasakan dalam jangka panjang.


Kandungan Sebatang Rokok
Zat apa saja yang terdapat dalam sebatang rokok? Nikotin merupakan zat utama yang terdapat pada rokok. Namun, lebih dari 700 jenis bahan kimia tambahan kemungkinan digunakan oleh perusahaan rokok untuk menambah kenikmatan merokok. Beberapa bahan bahkan begitu beracun sehingga beberapa pabrik rokok besar biasanya akan memiliki standar yang tinggi untuk membuang bahan-bahan beracun yang sangat berbahaya tersebut.

Perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka.Selain itu, asap rokok mengandung 4.000 zat kimia, termasuk arsenik, aseton, butan, karbon monoksida, dan sianida. Asap rokok yang dihirup oleh perokok maupun perokok pasif akan menganduk 43 zat yang diketahui menyebabkan kanker. Itu sebabnya bagi perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka.

Bahaya Rokok
Apa saja akibat buruk dari gaya hidup yang merusak kesehatan ini? Apa saja penyakit yang disebabkan karena merokok? Berikut ini beberapa penyakit dan dampak negatif yang disebabkan karena merokok:

Penyakit Jantung
Rokok juga merupakan salah satu penyebab utama serangan jantung. Kematian seorang perokok akibat penyakit jantung lebih banyak dibanding kematian akibat kanker paru-paru. Bahkan rokok rendah tar atau rendah nikotin tidak akan mengurangi risiko penyakit jantung. Karena beberapa dari rokok-rokok yang menggunakan filter meningkatkan jumlah karbon monoksida yang dihirup, yang membuat rokok tersebut bahkan lebih buruk untuk jantung daripada rokok yang tidak menggunakan filter.

Nikotin yang dikandung dalam sebatang rokok bisa membuat jantung Anda berdebar lebih cepat dan meningkatkan kebutuhan tubuh Anda akan oksigen. Asap rokok juga mengandung karbon monoksida yang beracun. Zat beracun ini berjalan menuju aliran darah dan sebenarnya menghalangi aliran oksigen ke jantung dan ke organ-organ penting lainnya. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah sehingga lebih memperlambat lagi aliran oksigen. Itu sebabnya para perokok memiliki risiko terkena penyakit jantung yang sangat tinggi.
Kanker Paru-Paru
Asap rokok dari tembakau mengandung banyak zat kimia penyebab kanker. Asap yang diisap mengandung berbagai zat kimia yang dapat merusak paru-paru. Zat ini dapat memicu terjadinya kanker khususnya pada paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling umum yang diakibatkan oleh merokok. Penyebaran kanker paru-paru dalam tubuh terjadi secara senyap hingga menjadi stadium yang lebih tinggi. Dalam banyak kasus, kanker paru-paru membunuh dengan cepat.
Emfisema
Perokok berat yang sudah bertahun-tahun akan mengalami emfisema. Emfisema merupakan penyakit yang secara bertahap akan membuat paru-paru kehilangan elastisitasnya. Jika paru-paru kehilangan keelastikannya, maka akan sulit untuk mengeluarkan udara kotor. Tanda-tandanya adalah mulai mengalami kesulitan bernapas pada pagi dan malam hari. Lalu mudah terengah-engah. Tanda lainnya adalah sering mengalami flu berat, disertai dengan batuk yang berat, dan mungkin dengan bronkhitis kronis. Batuknya sering kali tidak berhenti dan menjadi kronis.
Lebih Cepat Tua
Hasil penelitian terhadap para perokok menunjukkan bahwa wajah para perokok pria maupun wanita lebih cepat keriput dibandingkan mereka yang tidak merokok. Proses penuaan dini tersebut meningkat sesuai dengan kebiasaan dan jumlah batang rokok yang dihisap. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa para perokok berat memiliki keriput pada kulit hampir lima kali lipat dibandingkan orang yang tidak merokok. Bahkan proses penuaan dini sudah dimulai bagi para remaja yang merokok seperti kulit keriput, gigi menguning, dan nafas tak sedap.
Kerusakan Tubuh
Dampak negatif merokok tidak hanya membahayakan paru-paru, jantung, dan saluran pernapasan. Kebiasaan merokok menurut penelitian bisa merusak jaringan tubuh lainnya. Belasan penyakit yang berkaitan dengan penggunaan tembakau bahkan mencakup pneumonia (radang paru-paru), penyakit gusi, leukemia, katarak, kanker ginjal, kanker serviks, dan sakit pada pankreas. Penyebabnya karena racun dari asap rokok menyebar ke mana-mana melalui aliran darah. Merokok dapat mengakibatkan penyakit di hampir setiap organ tubuh.

Mengapa Berhenti Merokok?
Apakah Anda menyadari bahaya merokok? Akibat merokok terhadap kesehatan tubuh benar-benar merugikan. Menurut statistik, di seluruh dunia, jumlah perokok yang meninggal karena penyakit akibat merokok berjumlah hampir tiga kali jumlah orang yang meninggal karena alkohol dan narkoba. Bahkan jumlah perokok yang meninggal karena penyakit tersebut berjumlah enam kali lipat dibandingkan karena kecelakaan mobil. Selain itu, usia perokok biasanya 13 hingga 14 tahun lebih pendek daripada orang yang tidak merokok.

Setelah membaca fakta-fakta ini, apakah Anda akan menjadi seperti perokok yang meskipun telah membaca begitu banyak fakta mengerikan sehubungan dengan merokok kemudian memutuskan untuk berhenti membaca artikel tersebut? Atau Anda berani mengatakan tidak kepada rokok?

Proses Hierarki Analitik (PHA)

Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) , pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pitssburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif. Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data, informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi. AHP juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi – strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik.

AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

  1. Dekomposisi. Setelah mendefinisikan permasalahan, maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan utuh menjadi unsur – unsurnya, sampai yang sekecil – kecilnya.
  2. Comparative Judgement. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen – elemen.
  3. Synthesis of Priority .Dari setiap matriks pairwise comparison vector eigen –nya mendapatkan prioritas lokal, karena pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk melakukan global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentk hierarki.
  4. Logical Consistency. Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek – objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara objek – objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah :

  1. AHP memberi modal tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.
  2. AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
  3. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen – elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
  4. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah – milah elemen – elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
  5. AHP memberi suatu skala dalam mengukur hal – hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.
  6. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan – pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
  7. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
  8. AHP mempertimbangkan prioritas – prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan – tujuan mereka.
  9. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil representatif dari penilaian yang berbeda – beda.
  10. AHP memungkinan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Kemiskinan, Modal Sosial, dan Kelembagaan

BAHWA mekanisme perekonomian dalam pasar akan melahirkan “si kalah” merupakan hal yang wajar. Yang ganjil adalah sikap tidak acuh terhadap nasib si kalah, baik oleh masyarakat maupun negara.

Itulah kira-kira yang sedang terjadi dalam berbagai temuan kasus kemiskinan belakangan ini. Banyak orang lapar di Jakarta, padahal pada saat bersamaan banyak orang berlebih sumber daya ekonomi. Busung lapar terjadi di berbagai provinsi meski otonomi daerah- yang seharusnya mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat-telah dilaksanakan sekitar lima tahun.

Penjelasan mengenai hal itu, salah satunya, bisa diperoleh dari peraih Nobel Bidang Ekonomi tahun 1993, Douglas North. North menyusun teori yang disebut ilmu ekonomi kelembagaan.

Menurut dia, kinerja perekonomian hanya bisa bagus jika aspek kelembagaan berdinamika sesuai kebutuhan. Tanpa itu, mustahil kebijakan ekonomi- bahkan yang ideal secara teknis dan keilmuan-mampu menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk kemiskinan.

Surutnya modal sosial

Saya teringat pengalaman masa kecil ketika masih tinggal di sebuah desa di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ada seorang perempuan jompo di lingkungan tempat tinggal saya. Dia praktis tidak memiliki tanah, harta, dan keluarga.

Kemalangan lebih lanjut tidak menimpa nenek itu karena masyarakat bekerja sama membantunya. Masyarakat menyediakan tanah, membangun rumah, dan menanggung biaya hidup rutin nenek itu. Bukan kebetulan jika penyumbang terbesar adalah “pemenang” perekonomian, seorang grosir ubi jalar di tingkat kecamatan.

Francis Fukuyama dan beberapa ilmuwan sosial lainnya menamakan fenomena itu sebagai modal sosial. Fukuyama mendefinisikannya sebagai kemampuan yang timbul dari kepercayaan (trust) di dalam sebuah masyarakat. Masyarakat bisa mewujudkan hal-hal yang tidak bisa dilakukan sendirian, termasuk dalam kasus bantuan untuk nenek di kampung halaman saya itu.

Modal sosial telah berfungsi dengan baik sebagai jaring pengaman sosial bagi kaum miskin di Indonesia. Bantuan dalam level keluarga besar, komunitas, atau dalam relasi pertemanan telah menyelamatkan banyak kaum miskin. Saat terjadi krisis ekonomi 1997-1998, lonjakan kaum miskin tidak sebesar yang diduga. Sebabnya, banyak orang terkena imbas krisis diselamatkan relasi kekerabatan.

Namun, modal sosial dalam bentuk-bentuk itu sedang dan akan menyurut. Sebabnya, bentuk modal sosial itu memerlukan hubungan personal. Padahal, spesialisasi dan pembagian kerja (division of labor) cenderung mengarahkan hubungan antarorang menjadi bersifat impersonal. Ditambah lagi waktu dan ruang interaksi yang tersedia kian sempit. Hal ini terutama tampak jelas di kota-kota besar.

Akibatnya, warga kota besar yang berkecukupan secara ekonomi tidak terdorong membantu kaum miskin meski kemiskinan hadir begitu dekat, misalnya dalam bentuk rumah kumuh dan tunawisma. Kepedulian mungkin saja masih besar, tetapi relasi yang bersifat impersonal menyulitkan aktualisasi kepedulian itu.

Tentu saja modal sosial tidak menyurut sepenuhnya. Seperti yang diidentifikasi di Amerika Serikat (Skocpol, 1999), modal sosial di Indonesia juga mengalami transformasi. Modal sosial tidak lagi dominan di level komunitas atau keluarga besar, tetapi berubah dalam bentuk kelompok-kelompok profesional atau hobi, seperti kelompok motor gede, fotografi, dan kelompok pengajian.

Sayang, kelompok-kelompok seperti itu cenderung beranggotakan orang-orang dengan strata sosial homogen. Sulit sekali terjadi “pertemuan” antara kaum miskin dan kalangan ekonomi menengah ke atas. Bentuk modal sosial seperti ini, dengan demikian, kurang efektif untuk menjadi jaring pengaman sosial kemiskinan.

Tidak siapnya kelembagaan

Douglas North-dalam konsep ekonomi kelembagaan- menyebutkan tiga unsur kelembagaan. Pertama, aturan formal seperti undang-undang dan peraturan pemerintah.

Kedua, aturan nonformal seperti norma, nilai, dan kesepakatan. Ketiga, penegakan kedua aturan formal dan nonformal.

Praktis, saat ini, hanya aturan nonformal yang relatif memadai dalam kelembagaan pengentasan kemiskinan. Di masa lalu, penegakan aturan nonformal dalam bentuk modal sosial berjalan baik. Dalam beberapa kasus, hal itu mampu melindungi kaum miskin tanpa adanya aturan formal.

Aturan formal yang melindungi kaum miskin perlu disusun dan diimplementasikan untuk kepentingan saat ini dan di masa datang. Spesialisasi dan pembagian kerja dalam perekonomian, mau tidak mau, membuat aturan nonformal kurang berfungsi.

Gagasan pengentasan kemiskinan, misalnya, begitu kuat terlihat dalam wacana publik. Bagaimanapun, hanya pemerintah yang mampu menyelesaikan masalah kemiskinan secara komprehensif dengan berbagai bentuk kebijakan publik.

Sejauh ini pemerintah belum mendorong dinamika kelembagaan sesuai kebutuhan. Liberalisasi ekonomi dijalankan, tetapi pemerintah tidak menyediakan semacam social security act bagi “si kalah”, terutama kaum miskin.

Otonomi daerah-tanpa penataan kelembagaan yang tepat-juga bisa mengaburkan pembagian kewajiban pelayanan publik bagi kaum miskin antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dengan demikian, sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait isu kelembagaan dan kemiskinan selayaknya tidak sebatas hanya menghidupkan kembali beberapa lembaga yang bermanfaat di masa lalu. Pemerintah harus menata kembali dinamika kelembagaan secara menyeluruh, sesuai perkembangan ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

Perlu diperhatikan juga aspek tahapan waktu yang jelas dalam penataan kelembagaan, mencakup jangka pendek, menengah, dan panjang.

Jika tidak, sekali lagi, kebijakan ekonomi yang dianggap ideal dan hebat di atas kertas sekalipun tidak akan menyejahterakan publik, terutama kaum miskin. Itulah yang telah terjadi selama ini.
Oleh Tata Mustasya
Tata Mustasya Peneliti Ekonomi The Indonesian Institute

Asal Minyak Gosok dan Kegunaanya

Beragam Minyak Gosok
Rasa hangat saat dioleskannya minyak gosok disebabkan karena minyak gosok dapat melebarkan pembuluh darah di permukaan kulit. Karena pelebaran ini, maka darah yang mengalir di permukaan kulit akan lebih banyak dan menimbulkan rasa hangat sehingga dapat meredakan rasa sakit. Minyak gosok juga dapat menghilangkan rasa gatal akibat gigitan serangga.

Anda mungkin salah satu penggemar minyak gosok tradisional Indonesia, dan biasa membawanya di tas atau kantong Anda. Berikut beberapa minyak gosok yang biasa dipakai, dari apa dibuatnya dan komposisi bahan yang terdapat di dalamnya:

Minyak Kayu Putih
Asal: Ambon
Manfaat: Menghilangkan perut kembung, sakit perut, menghangatkan tubuh.
Ramuan: Berasal dari daun dan ranting tanaman kayu putih. Mengandung eukaliptol, ester asetat, pinen dan limonen.

Minyak Tawon
Asal: Makasar
Manfaat: Menghilangkan gatal akibat digigit nyamuk atau serangga lainnya, mengobati luka, memar akibat benturan atau untuk pijat.
Ramuan: Terbuat dari minyak kelapa yang ditambahkan minyak kayu putih, daun lada, bawang, jahe dan kunyit.

Minyak Lawang
Asal: Ambon dan Papua
Manfaat: Berguna sebagai penghangat tubuh. Rasa hangat yang dihasilkan lebih hangat dibandingkan minyak kayu putih atau minyak tawon. Biasa digunakan bagi penderita rematik atau untuk pijat.
Ramuan: Tidak diketahui pasti ramuan pembuatnya.

Minyak Telon
Asal: Jawa Tengah
Manfaat: Biasa digunakan pada bayi. Berguna untuk menghangatkan tubuh bayi, mencegah dari flu dan dapat memberikan rasa tenang pada bayi.
Ramuan: Terbuat dari 3 jenis minyak yaitu minyak kayu putih, minyak adas dan minyak kelapa. Beberapa pembuatnya mengganti minyak kelapa dengan minyak zaitun atau minyak lavender.

Minyak Kasturi atau Gondopuro
Asal: Berbagai daerah di Indonesia.
Manfaat: Bermanfaat untuk mengobati keseleo, mengurangi pegal linu dan gatal akibat gigitan serangga.
Ramuan: Terbuat dari minyak gondopuro.

Minyak Cendana
Asal: Jawa, NTT, dan Timor.
Manfaat: Biasa dimanfaatkan sebagai aromaterapi dan mejaga kehalusan kulit.
Ramuan: Mengandung santalol, santalen, santenon, santalal, santalon dan isovaleriladehida.

Minyak Kemiri
Asal: Berbagai daerah di Indonesia.
Manfaat: Manfaatnya untuk menyuburkan rambut, pengencang kulit, dan membantu mengatasi penyakit pernapasan. Minyak ini juga dapat menangkal sinar ultraviolet dari matahari.
Ramuan: Kandungan yang terdapat di dalamnya adalah vitamin B6, vitamin E, thiamin, dan antioksidan fenolat.

Minyak Cengkeh
Asal: Berbagai daerah di Indonesia Timur.
Manfaat: Bermanfaat untuk menghangatkan tubuh dan dapat digunakan unutk menghilangkan sakit gigi ringan.
Ramuan: Terbuat dari minyak cengkeh yang mengandung eugenol untuk membunuh bakteri dan jamur penyebab rasa sakit.
Minyak gosok dibuat dari hasil penyulingan berbagai bahan tumbuhan pembuatnya yang ditambahkan dengan bahan pelarut. Berbagai tumbuhan penghasilnya ini mengeluarkan bau yang khas, sehingga dengan menciumnya dapat dibedakan jenisnya.

Indonesia memang kaya akan berbagai tumbuhan yang dapat mengatasi penyakit. Salah satunya adalah berbagai jenis minyak yang akrab di masyarakat. Agar terhindar dari efek negatif, gunakan produk yang telah terdaftar di BPOM. Jika minyak dibuat secara tradisional dan tidak teregistrasi, Anda dapat melakukan tes dengan mengoleskan pada sebagian kecil kulit pada tangan. Jika kulit memerah atau alergi, hentikan pemakaian minyak gosok tersebut.

Ini dia Makanan dan Minuman Pencetus Stres

Makanan dan Minuman Pencetus Stres
Makanan-makanan yang tinggi kadar garam dan lemak merupakan makanan pencetus stres. Penyebabnya karena makanan tersebut memacu produksi hormon stres yaitu hormon kartisol. Hormon tersebut akan menghambat kerja dari serotonin, yang berperan mempengaruhi mood atau suasana hati, karena sifatnya menenangkan dan mengontrol rasa gelisah. Efek lain dari kartisol adalah menyebabkan pelepasan hormon neuropeptide Y dan hormon galanin yang membuat seseorang ingin mengkonsumsi makanan berlemak dan makanan yang manis. Akibatnya, seseorang akan mengalami bad mood terus.

Makanan siap saji seperti nugget, bakso, sosis atau makanan kaleng olahan merupakan makanan yang dapat memicu stres karena pada makanan ini banyak mengandung garam dan lemak. Karbohidrat sederhana seperti roti atau mie dan lemak trans juga merupakan makanan penyebab stres.

Selain makanan, pilihan minuman yang dipilih juga dapat menyebabkan stres. Minuman keras dan beralkohol, kopi, serta minuman dengan kadar kafein tinggi tidak baik untuk mood Anda. Kurangi minum minuman tersebut agar tidak memicu stres Anda.


Makanan dan Minuman Pereda Stres
Kandungan vitamin B, omega 3, asam folat, magnesium dan vitamin C dapat menjadikan suatu makanan digolongkan sebagai makanan pereda stres. Pilih makanan yang mengandung antioksidan yang akan membantu melancarkan fungsi memori.

Alpukat, pisang, ikan tuna, ikan salmon, ikan sardin, susu, dan yoghurt banyak mengandung vitamin B. Sedangkan asam folat dapat diperoleh dari oatmeal, jeruk atau asparagus. Magnesium, yang dapat membantu Anda tidur pulas, banyak terdapat pada kacang almond, sayur bayam atau tofu yang akan membantu tubuh memproduksi dopamin. Sedangkan makanan dengan vitamin C dapat dengan lebih mudah ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, kiwi, jambu biji atau stroberi.

Untuk mendapatkan manfaat yang diinginkan, menu makanan Anda hendaknya dikombinasikan. Pada waktu jam makan, pilih makanan dengan kandungan protein, lemak sehat dan karbohidrat kompleks. Kombinasi yang baik akan membuat gula darah stabil dan mengurangi keinginan untuk makan cemilan.

Setelah mengetahui makanan pereda stres, perlu juga untuk mengetahui minuman yang mampu mengurangi stres. Cukup minum air putih, yaitu sebanyak 2 liter per hari atau menyeruput secangkir teh akan membantu menenangkan hati. Apalagi jika minum teh dengan keluarga dan dalam suasana yang menyenangkan, pasti akan menjauhkan Anda dari stres.

Setelah mengetahui makanan dapat memicu stres, maka kini pilihlah menu makanan dengan cerdas agar tidak mengganggu emosi Anda. Makan dengan tenang, perlahan, dinkmati sambil mnegucapkan terima kasih karena Anda masih dapat memperolah makanan yang sehat. Dengan demikian, makanan akan membantu Anda memperoleh ketenangan pikiran.

Peranan IPTEK Terhadapa SDM di Indonesia

PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui,teknologi kini telah merembes dalam kehidupan kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun.Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat martabat manusia.
Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.Dimana dalam pengembangan IPTEK harus didasarkan terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab,agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata.Begitu juga diharapkan SDM nya bisa lebih baik lagi,apalagi banyak kemudahan yang kita dapatkan.Namun,berbanding terbalik dengan realita yang ada karena semakin canggih perkembangan teknologi,telah membuat masyarakat menjadi malas yang disebabkan oleh kemudahan-kemudahan yang ada tersebut.Ambil saja salah satu contoh perkembangan IPTEK dibidang telekomunikasi dimana zaman dahulu handphone itu sangat langka karena harganya yang mahal berbeda dengan sekarang harga handphone sudah sangat murah dan menjangkau lapisan menengah ke bawah.
Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi,namun pelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata. Masih banyak masyarakat kurang mampu yang putus harapannya untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi tersebut.Hal itu dikarenakan tingginya biaya pendidikan yang harus mereka tanggung.Maka dari itu,pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada.
Adapun Rumusan Masalah yang dapat penulis angkat yaitu bagaimana pelaksanaan dan pengembangan IPTEK di Indonesia serta apakah peranan IPTEK ditengah zaman yang semakin pesat dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia?

PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK DI INDONESIA
Peradaban bangsa dan masyarakat dunia di masa depan sudah dipahami dan disadari akan berhadapan dengan situasi serba kompleks dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, sebut saja antara lain; cloning, cosmology, cryonics, cyberneties, exobiology, genetic, engineering dan nanotechnology. Cabang-cabang IPTEK itu telah memunculkan berbagai perkembangan yang sangat cepat dengan implikasi yang menguntungkan bagi manusia atau sebaliknya.
Untuk mendayagunakan Iptek diperlukan nilai-nilai luhur agar dapat dipertanggungjawabkan. Rumusan 4 (empat) nilai luhur pembangunan Iptek Nasional, yaitu :
1. Accountable, penerapan Iptek harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, lingkungan, finansial, bahkan dampak politis
2. Visionary, pembangunan Iptek memberikan solusi strategis dan jangka panjang, tetapi taktis dimasa kini, tidak bersifat sektoral dan tidak hanya memberi implikasi terbatas.
3. Innovative, asal katanya adalah “innovere” yang artinya temuan baru yang bermanfaat. Nilai luhur pembangunan Iptek artinya adalah berorientasi pada segala sesuatu yang baru, dan memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya untuk memproduksi inovasi baru dalam upaya inovatif untuk meningkatkan produktifitas.
4. Excellence, keseluruhan tahapan pembangunan Iptek mulai dari fase inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, implikasi pada bangsa harus baik, yang terbaik atau berusaha menuju yang terbaik.
Pesatnya kemajuan Iptek memerlukan penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan Iptek untuk memperkuat posisi daya saing Indonesia dalam kehidupan global.

B. DAMPAK PERKEMBANGAN IPTEK DI INDONESIA
1. Perkembangan Iptek disamping bermanfaat untuk kemajuan hidup Indonesia juga memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya seminimal mungkin, antara lain :
1). Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2). Teknilogi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya permasalahan di tempat itu.
3). Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada.
2. Dampaknya dalam :
a. Penyediaan Pangan
Perkembangan IPTEK dalam bidang pangan dimungkinkan karena adanya pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang pertanian terutama dalam peningkatan produktivitas melalui penerapan varitas unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pola tanaman dan pengairan. Namun di sisi lain perkembangan tersebut berdampak fatal, misalkan saja penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama ternyata dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.
b. Penyediaan Sandang
•Pada awalnya bahan sandang dihasilkan dari serat alam seperti kapas, sutra, woll dan lain-lain
•Perkembangan teknologi matrial polimer menghasilkan berbagai serat sintetis sebagai bahan sandang seperti rayon, polyester, nilon, dakron, tetoron dan sebagainya
•Kulit sintetik juga dapat dibuat dari polimer termoplastik sebagai bahan sepatu, tas dan lain-lain
•Teknologi pewarnaan juga berkembang seperti penggunaan zat azo dan sebagainya.
c. Penyediaan Papan
•Teknologi papan bersangkut paut dengan penyediaan lahan dan bidang perencanaan seperti city planning, kota satelit, kawasan pemukiman dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan penduduk
•Awalnya bahan pokok untuk papan adalah kayu selanjutnya dikembangkan teknologi matrial untuk mengatasi kekurangan kayu
•Untuk mengatasi kekurangan akan lahan dikembangkan teknologi gedung bertingkat, pembentukan pulau-pulau baru, bahkan tidak menutup kemungkinan pemukiman ruang angkasa.
d. Peningkatan Kesehatan
•Perkembangan Imu Kedeokteran seperti : ilmu badah dan lain-lain
•Penemuan alat-alat kedokteran seperti : stetoskup, USG, dan lain-lain
•Penemuan obat-obatan seperti anti biotik, vaksin dan lain-lain
•Penemuan radio aktif untuk mendeteksi penyakit secara tepat seperti tumor dan lain-lain
•Penelitian tentang kuman-kuman penyakit dan lain-lain.
e. Penyediaan Energi
•Kebutuhan akan energi
•Sumber-sumber energi
•Sumber energi konvensional tak dapat diperbaharui
•Sumber energi pengganti yang tak habis pakai
•Konversi energi dari satu bentuk kebentuk yang lain.
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan penguasaan IPTEK mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Visi dan misi IPTEK dirumuskan sebagai panduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya IPTEK yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah diberlakukan sejak 29 Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan misi IPTEK sebagaimana termaksud dalam UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksanakan oleh pemerintah besrta seluruh rakyat dengan sebaik-baiknya. Selain itu pula perkembangan IPTEK di berbagai bidangdi tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya dapat meningkatkan kualitas SDM di tengah bermunculannya dampak negative dari adanya perkembangan IPTEK, sehingga diperlukan pemikiran yang serius dan mantap dalam menghadapi permasalahan dalam penemuan-penemuan baru tersebut.

Analisis hierarki Proses

Analisis hierarki Proses (AHP) adalah suatu metode yang sering digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan. AHP merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan atau membuat keputusan. Tujuan dari AHP ini adalah menyelesaikan masalah yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, mengatasi antara nasionalitas dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria.

Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.

Prioritas merupakan suatu ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala. Penentuan prioritas ini dilakukan menggunakan proses analisis hierarki. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lain adalah:

1. Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison” AHP mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.

Langkah-langkah AHP

Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut

1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.

2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.

3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.

4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.

Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah

1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.

2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.

3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.

4. Menghitung rata-rata geometrik

5. Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.

6. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).

Penentuan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk tiap sub system hierarki. Perbandingan tingkat kepentingan antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Skala perbandingan tingkat kepentingan antar variabel

Intensitas Pentingnya variabel

Definisi Variabel

Penjelasan

1

3

5

7

9

Kedua variabel sama pentingnya

Sebuah variabel lebih lemah nilai atau tingkat kepentingannya dibanding yang lain

Sebuah variabel adalah essensial atau mempunyai tingkat kepentingan yang kuat dibanding variabel yang lainnya

Menentukan jelasnya tingkat kepentingan suatu variabel dibandingkan variabel lain.

Menunjukkan tingkat kepentingan dari salah satu variabel

Kedua variabel mempunyai pengaruh yang sama pentingnya terhadap tujuan.

Pengalaman atau judgment sedikit memihak pada sebuah variabel dibandingkan variabel lainnya

Pengalaman atau judgment secara kuat memihak pada sebuah variabel dibandingkan variabel lainnya

Sebuah variabel secara kuat disukai dan dominasinya tampak dalam praktek

Bukti bahwa suatu variabel adalah lebih penting dari pada variabel lainnya adalah sangat jelas

2,4,6,8

Kelebihan dari angka diatas non -zero

Nilai tengah diantara dua judgment yang berdampingan

Bila variabel 1 mendapat salah satu dari nilai datas non-zero pada saat dibandingkan dengan variabel j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Nilai diberikan bila diperlukan adanya kompromi atau nilai antara dua intensitas.

Pengujian Konsistensi Penilaian

AHP mengukur konsistensi pertimbangan dengan menghitung rasio inkonsistensi. Rasio inkonsistensi harus lebih kecil dari 10%. Jika kenyataan beda yakni lebih besar dari 10% berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat random dan perlu diperbaiki. Simbol S adalah penjumlahan dari komponen technoware, humanware, infoware dan orgaware , sedangkan X adalah hasil bagi dari keempat komponen teknologi tersebut.

Perhitungan rasio konsistensi adalah sebagai berikut:

CR = [A] [B] = [Z] (1)

Keterangan : A = matriks penilaian

B = matriks bobot prioritas

Dari persamaan tersebut diatas (17) dapat dihitung maximum eigenvalue (l_max) adalah sebagai berikut:

(j = 1, 2, 3,……..,n) (2)

(3)

Dari persamaan (18) diatas diperoleh nilai consitency index (CI) adalah sebagai berikut:

(4)

Sehingga consistency ratio (CR) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

(5)

RI adalah random consitency index yang diperoleh dari tabel 2. JIka CR > 0.1 maka data jelek atau perlu dilakukan pengulangan dalam pengisian kuisioner.

Tabel 2

Random consitency index (RI)

N

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

RI

0

0

0.6

0.9

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.5

Sumber : Saaty, 1988

Rata-rata ukur

Rata-rata (average) adalah nialai yang mewakili sehimpunan atau sekelompok data (a set of data). Nilai rata-rata pada umumnya mempunyai kecenderungan terletak ditengah-tengah dalam suetu kelompok data yang disusun menurut besat kecilnya nilai. Dengan perkataan lain ia mempunyai kecenderungan memusat. Oleh karena itu rata-rata sering disebut ukuran kecenderungan memusat (measures of central tendency). Beberapa jenis rata-rata yang sering digunakan adalah rata-rata hitung (arithmatic mean), rata-rata ukur (geometric mean) dan rata-rata harmonis (harmonic mean).

Dalam AHP (analytic hierarchy procces), salah satu perbedaan dari pendekatan deterministik dan pendekatan statistik adalah terletak pada adanya suatu peertimbangan-pertimbangan, pengelompokan atau penyatuan dari beberapa prioritas secara keseluruhan. Bila dalam suatu kelompok, masing-masing mempunyai pertimbangan yang berbeda maka perlu adanya suatu derajat atau pangkat yang dapat dipergunakan untuk menyatukan dari beberapa alternatif tersebut, karena pada dasarnya sebuah kelompok pasti mempunyai perbedaan pertimbangan dalam memilih alternatif. Bila dua alternatif dipangkatkan, akan mempengaruhi pertimbangan yang diambil, tetapi masih tetap mempunyai kesamaan kepentingan hingga akhirnya akan memberikan satu kesepakatan yang disebut rata-rata kelompok. Pendekataan yang paling tepat dalam hal ini adalah rata-rata geometrik.

Guna memperoleh pertimbangan yang sama fungsi mengikuti kondisi:

1. Kondisi terpisah (separability condition / S)

= g (X1) O g (X2) O……O g (Xn) untuk semua X1, X2,……Xn didalam interval P dengan anggota bilangan positif, g adalah suatu fungsi pemetaan P dalam suatu interval j dan O yang selalu kontinyu. (S) adalah rata-rata yang dipengaruhi oleh pertimbangan individu.

2. Kondisi kebulatan (Unanimity condition / U)

= x untuk semua x di P. (U) rata-rata jika semua individu memberikan pertimbangan yang sama sebesar x, dengan demikian pertimbangan ini juga dapat disebut dengan satu pertimbangan.

3. Kondisi Homogen (homogeniety condition / H)

dimana u > 0, dan Xk,UXk (K= 1,2………..,n) untuk semua P.

Rasio rata-rata (H), jika pertimbangan dalam individu mempunyai waktu yang besarnya sama maka pertimbangan kelompok atau keseluruhan juga mempunyai waktu yang sama pula.

4. Kondisi kekuatan (power condition / Pp)

. P untuk rata-rata sampel, jika nilai kth individu dai panjang sebuah sisi persegi panjang, maka Xk akan memberikan nilai pertimbangan yang sama terhadap setiap panjang sisisnya. Keadaan khusus dimana (R = P-1): f (1/x1, 1/x2…..,1/xn) = 1/f fp (x1, x2,…………xn). Dimana (R) sangat penting untuk menentukan rata-rata nilai rasio tiap individu untuk kemudian dijadikan satu kesatuan.

Rata-rata hitung digunakan untuk dasar melakukan perbandingan antara dua kelompok atau lebih. Rata-rata ukur diperlukan data untuk mengikuti rata-rata persentase tingkat perubahan sepanjang waktu (average percentage rates of change over time). Rumus rata-rata ukur adalah sebagai berikut:

(6)

Jadi rata-rata ukur suatu kelompok nilai X1, X2,………………Xn merupakan akar pangkat n dari hasil kali masing-masing nilai dari kelompok tersebut. Untuk mencari rata-rata ukur, juga dapat dipergunakan rumus berikut:

(7)

(8)

 
© 2009 Kumpulan Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan