KEGAGALAN PASAR dalam PEREKONOMIAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah tempat untuk melakukan transaksi-transaksi (yang berupa permintaan dan penawaran) antar individu dan atau kelompok , untuk memperoleh kesepakatan harga atas suatu barang atau jasa melalui tawar-menawar. Dari sisi pembeli dapat memperoleh manfaat kepuasan, kualitas yang baik dengan harga relative murah. Sedangkan, dari sisi penjual dapat memperoleh laba yang maksimal dengan harga produksi yang minimal.
Salah satu jenis pasar adalah Pasar Persaingan Sempurna (perfect competition) yang merupakan pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang dijual bersifat homogen. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga (price-taker). Barang dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik. Pembeli tidak dapat membedakan apakah suatu barang berasal dari produsen A, produsen B, atau produsen C? Oleh karena itu, promosi dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan produk.
Istilah persaingan menunjukkan keadaan di mana terdapat sejumlah pesaing-pesaing baik selaku pembeli maupun selaku penjual di pasar. Dalam hal ini baik pembeli maupun penjual mencoba menarik penjual maupun pembeli berada di pihaknya. Persaingan dapat teIjadi dalam bidang harga, di mana penjual mencoba menarik pembeli dengan berusaha menurunkan harga jual dan keadaan ini disebut persaingan dalam harga. Ada juga persaingan dalam bentuk persaingan dalam promosi atau iklan untuk menunjukkan kelebihan mutu dan pelayanan barang pada pembeli. Hal yang terakhir ini disebut persaingan nir-harga.
Dalam praktik biasanya persaingan merupakan gabungan antara persaingan harga dan nir-harga. Juga dalam praktik di persaingan bebas, penjual ada juga yang tak peduli dengan pembeli, siapa saja boleh beli dan tak perlu dicari-cari atau dipromosikan. Misalnya dalam pasar sayur mayur sepenuhnya teIjadi persaingan sempuma dan persaingan bebas teIjadi di antara petani sayur mayur. Namun bagi para petani ini tak jadi masalah siapa­siapa pembelinya. Ia tak perlu pasang iklan atau mencari-cari pembeli. Cukup dibawanya barangnya ke pasar dan di sana akan dijumpai pembeli. Ini yang dikenal dengan keadaan persaingan bebas dan sempuma.
Pada pasar ini kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran dapat bergerak secara leluasa. Ada pun harga yang terbentuk benar-benar mencerminkan keinginan produsen dan konsumen. Permintaan mencerminkan keinginan konsumen, sementara penawaran mencerminkan keinginan produsen atau penjual. Bentuk pasar persaingan murni terdapat terutama dalam bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil pertanian seperti beras, terigu, kopra, dan minyak kelapa. Bentuk pasar ini terdapat pula perdagangan kecil dan penyelenggaraan jasa-jasa yang tidak memerlukan keahlian istimewa ( pertukangan, kerajinan ).
Dalam persaingan sempurna ini pembeli dan penjual berjumlah banyak. Artinya, jumlah pembeli dan jumlah penjual sedemikian besarnya, sehingga masing-masing pembeli dan penjual tidak mampu mempengaruhi harga pasar. Dengan demikian masing-masing pembeli dan penjual telah menerima tingkat harga yang terbentuk di pasar sebagai suatu datum atau fakta yang tidak dapat di ubah. Bagi pembeli, barang atau jasa yang ia beli merupakan bagian kecil dari keseluruhan jumlah pembelian masyarakat. Bagi penjual pun berlaku hal yang sama sehingga bila penjual menurunkan harga, ia Akan rugi sendiri, sedangkan bila menaikan harga. Maka pembeli akan lari ke penjual lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaitu antar lain:
1. Bagaimana ciri-ciri pasar persaingan sempurna.
2. Apa kebaikan & keburukan pasar persaingan sempurna ditinjau dari sudut efisiensi.
3. Kegagalan apa saja yang terjadi pada pasar bebas dalam perekonomian.


PEMBAHASAN

1. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri-ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Perusahaan adalah pengambil harga
Pengambil harga atau price taker berarti suatu perusahan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apa pun tindakan perusahaan dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli. Seorang produsen terlalu kecil peranannya didalam pasar sehingga tidak dapat mempengaruhi penentuan harga atau tingkat produksi dipasar. Peranannya sangat kecil tersebut disebabkan karena jumlah produksi yang diciptakan produsen merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan dan diperjual-belikan.
b. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
Sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut, produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut. Sama sekali tidak terdapat hambatan-hambatan, baik secara legal maupun dalam bentuk lain secara keuangan atau secara kemampuan teknologi, misalnya kepada perusahaan-perusahaan untuk memasuki atau meninggalkan bidang usaha tersebut.


c. Menghasilkan barang serupa
Barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan sangat sama atau serupa. Tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara barang yang dihasilkan suatu perusahaan lainnya. Barang seperti itu dinamakan dengan istilah barang identical atau homogenous. Karena barang-barang tersebut adalah sangat serupa para pembeli tidak dapat membedakan yang mana dihasilkan produsen A atau B atau produsen yang lainnya. Barang yang dihasilkan seorang produsen merupakan pengganti sempurna kepda barang yang dihasilkan oleh produsen-produsen lain. Sebagai akibat dari efek ini, tidak ada gunanya kepada perusahaan-perusahaan untuk melakukan persaingan yang berbentuk persaingan bukan harga atau nonprice competition atau persaingan dengan misalnya melakukan iklan dan promosi penjualan. Cara ini tidak efektif untuk menaikkan penjualan karena pembeli mengetahui bahwa barang-barang yang dihasilkan berbagai produsen dalam industri tersebut tidak ada bedanya sama sekali.
d. Terdapat banyak perusahaan di pasar
Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan masing-masing perusahaan adalah relative kecil kalau dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Sebagai akibatnya produksi setiap perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut,. Sifat ini menyebabkan apa pun yang dilakukan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar/industri tersebut.
e. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar
Dalam pasar persaingan sempurna juga dimisalkan bahwa jumlah pembeli adalah sangat banyak. Namun demikian dimisalkan pula bahwa masing-masing pembeli tersebut mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan dipasar, yaitu mereka mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Akibatnya para produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.
2. Kebaikan dan keburukan pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna memiliki bebarapa kebaikan dibandingkan pasar-pasar yang lainnya antara lain :
1. Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi
Sebelum menerangkan kebaikan dari pasar persaingan sempurna ditinjau dari sudut efisiensi, terlebih dahulu akan diterangkan dua konsep efisiensi yaitu:
a. Efisiensi produktif : Untuk mencapai efisiensi produktif harus dipenuhi dua syarat. Yang pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan adalah yang paling minimum. Untuk menghasilkan suatu tingkat produksi berbagai corak gabungan faktor-faktor produksi dapat digunakan. Gabungan yang paling efisien adalah gabungan yang mengeluarkan biaya yang paling sedikit. Syarat ini harus dipenuhi pada setiap tingkat produksi. Syarat yang kedua, industri secara keseluruhan harus memproduksi barang pada biaya rata-rata yang paling rendah. Apabila suatu industri mencapai keadaan tersebut maka tingkat produksinya dikatakan mencapai tingkat efisiensi produksi yang optimal, dan biaya produksi yang paling minimal.
b. Efisiensi Alokatif: Untuk melihat apakah efisiesi alokatif dicapai atau tidak, perlulah dilihat apakah alokasi sumber-sumber daya keberbagai kegiatan ekonomi/produksi telah dicapai tingkat yang maksimum atau belum. Alokasi sumber-sumber daya mencapai efisiensi yang maksimum apabila dipenuhi syarat berikut : harga setiap barang sama dengan biaya marjinal untuk memproduksi barang tersebut. Berarti untuk setiap kegiatan ekonomi, produksi harus terus dilakukan sehingga tercapai keadaan dimana harga=biaya marjinal. Dengan cara ini produksi berbagai macam barang dalam perekonomian akan memaksimumkan kesejahteraan masyarakat.
c. Efisiensi dalam persaingan sempurna: Didalam persaingan sempurna, kedua jenis efisiensi ynag dijelaskan diatas akan selalu wujud. Telah dijelaskan bahwa didalam jangka panjang perusahaan dalam persaingan sempurna akan mendapat untung normal, dan untung normal ini akan dicapai apabila biaya produksi adalah yang paling minimum. Dengan demikian, sesuai dengan arti efisiensi produktif yang telah dijelaskan dalam jangka panjang efisiensi produktif selalu dicapai oleh perusahaan dalam persaingan sempurna.
2. Kebebasan bertindak dan memilih
Persaingan sempurna menghindari wujudnya konsentrasi kekuasaan di segolonan kecil masyarakat. Pada umumnya orang berkeyakinan bahwa konsentrasi semacam itu akan membatasi kebebasan seseorang dalam melakukan kegiatannya dan memilih pekerjaan yang disukainya. Juga kebebasaannya untuk memilih barang yang dikonsumsikannya menjadi lebih terbatas. Didalam pasar yang bebas tidak seorang pun mempunyai kekuasaan dalam menentukan harga, jumlah produksi dan jenis barang yang diproduksikan. Begitu pula dalam menentukan bagaimana faktor-faktor produksi digunakan dalam masyarakat, efisiensilah yang menjadi factor yang menentukan pengalokasinya. Tidak seorang pun mempunyai kekuasan untuk menentukan corak pengalokasiannya. Selanjutnya dengan adanya kebebasaan untuk memproduksikan berbagai jenis barang maka masyarakat dapat mempunyai pilihan yang lebih banyak terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan masyarakat mempunyai kebebasan yang penuh keatas corak pilihan yang akan dibuatnya dalam menggunakan factor-faktor produksi yang mereka miliki.
Disamping memiliki kebaikan-kebaikan, pasar persaingan sempurna juga memiliki keburukan-keburukan antara lain :
1. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
Dalam pasar persaingan sempurna teknologi dapat dicontoh dengan mudah oleh perusahaan lain. Sebagai akibatnya suatu perusahaan tidak dapat meemperoleh keuntungan yang kekal dari mengembangkan teknologi dan teknik memproduksi yang baru tersebut. Oleh sebab itulah keuntungan dalam jangka panjang hanyalah berupa keuntungan normal, Karena walaupun pada mulanya suatu perusahaan dapat menaikkan efisiensi dan menurunkan biaya, perusahaan-perusahaan lain dalam waktu singkat juga dapat berbuat demikian. Ketidakkekalan keuntungan dari mengembangkan teknologi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tidak terdorong untuk melakukan perkembangan teknologi dan inovasi.
Disamping oleh alasan yang disebutkan diatas, segolongan ahli ekonomi juga berpendapat kemajuan teknologi adalah terbatas dipasar persaingan sempurna karena perusahaan-perusahan yang kecil ukurannya tidak akan mampu untuk membuat penyelidikan untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik.
2. Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial
Didalam menilai efisiensi perusahaan yang diperhatikan adalah cara perusahaan itu menggunakan sumber-sumber daya. Ditinjau dari sudut pandangnan perusahaan, penggunaannya mungkimn sangat efisien. Akan tetapi, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat, adakalanya merugikan.
3. Membatasi pilihan konsumen
Karena barang yang dihasilkan perusahaan-perusahan adalah 100 persen sama, konsumen mempunyai pilihan yang terbatas untuk menentukan barang yang akan dikonsumsinya.
4. Biaya dalam pasar persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
Didalam mengatakan biaya produksi dalam pasar persaingan sempurna adalah paling minimum,tersirat (yang tidak dinyatakan)pemisalan bahwa biaya produksi tidak berbeda. Pemisalan ini tidak selalu benar. Perusahaan-perusahaan dalam bentuk pasar lainnya mungkin dapat mengurangi biaya produksi sebagai akibat menikmati skala ekonomi,perkembangan teknologi dan inovasi.
5. Distribusi pendapatan tidak selalu rata
Suatu corak distribusi pendapatan tertentu menimbulkan suatu pola permintaan tertentu dalam masyarakat. Pola permintaan tersebut akan menentukan bentuk pengalokasian sumber-sumber daya. Ini berarti distribusi pendapatan menentukan bagaimana bentuk dari penggunaan sumber-sumber daya yang efisien. Kalau distribusi pendapatan tidak merata maka penggunaan sumber-sumber daya (yang dialokasikan secara efisien) akan lebih banyak digunakan untuk kepentingan golongan kaya.
3. Kegagalan Pasar Bebas pada Perkonomian
Secara umum, kegagalan pasar merupakan keadaan di mana alokasi barang dan/atau jasa oleh “pasar bebas” tidak efisien atau dengan kata lain “mekanisme pasar” tidak bekerja dengan baik sehingga tidak membawa kepada “efisiensi ekonomi”. Kegagalan pasar demikian membawa pada keadaan yang “merugikan” bagi masyarakat umum.
Argumen kegagalan pasar merupakan argumen ”klasik” perlunya intervensi pemerintah bagi kebijakan inovasi (termasuk kebijakan iptek). Tassey (2002, 1999) misalnya mengungkapkan salah satu bentuk kegagalan pasar terkait dengan litbang adalah fenomena “investasi yang terlampau rendah” (underinvestment) dalam pengembangan dan difusi pengetahuan/teknologi, yang menurutnya terjadi dalam empat kategori, yaitu:
• aggregate underinvestment oleh suatu industri (misalnya rendahnya litbang keseluruhan);
• investasi yang terlampau rendah dalam litbang terapan di perusahaan-perusahaan baru/pemula (misalnya tidak memadainya modal ventura);
• investasi yang terlampau rendah dalam pembaharuan teknologi yang ada (inkremental) atau penciptaan teknologi baru (misalnya ketidak-memadaian riset teknologi generik);
• investasi yang terlampau rendah dalam mendukung infrastruktur teknologi (misalnya kurangnya litbang infratechnology).
Karena proses pengembangan teknologi berlangsung secara siklus, kegagalan pasar yang mengarah kepada investasi yang terlampau rendah cenderung berulang terus. Selain itu, beragam jenis kegagalan pasar yang berbeda biasanya terjadi dan membutuhkan pola respons dari pemerintah atau industri-pemerintah yang berbeda pula.
Kegagalan pasar juga menghambat difusi inovasi dalam ekonomi, terutama menyangkut:
1. Informasi tak sempurna: pasar belum sepenuhnya memahami (terbiasa) dengan keseluruhan inovasi dan karenanya enggan untuk mengadopsi inovasi tersebut serta berinvestasi dalam perbaikan-perbaikan dari inovasi tersebut;
2. Keputusan untuk membeli dan eksternalitas jaringan: nilai sosial dari inovasi bergantung pada jumlah pengguna (konsumen). Karena itu, ada insentif untuk menunggu untuk mengadopsi inovasi dan menunggu berinvestasi dalam inovasi komplemennya;
3. Kekuatan pasar dan harga: Para pengguna (pelanggan) akan berbeda dalam kesediaannya membayar atas inovasi. Oleh karena itu, inovator memulainya dengan membebankan harga tinggi kepada pengguna yang paling awal menghendaki inovasi, selanjutnya mengurangi harga secara bertahap untuk melayani pengguna-pengguna yang berikutnya. Kecepatan adopsi biasanya relatif lambat;
4. Kualitas dan keunggulan pelopor: suatu inovasi yang kecil dapat mendorong produk-produk yang ada menjadi tertinggal/kadaluarsa. Oleh karena itu, difusi yang cepat akan lebih menarik dari perspektif inovator, namun tidak terlampau menarik bagi masyarakat.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari permasalahan diatas adalah :
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa dalam persaingan sempurna harga = hasil penjualan marjinal. Dan didalam memaksimumkan keuntungan syaratnya adalah hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Dengan demikian didalam jangka panjang keadaan ini berlaku: harga = hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Kesamaan ini membuktikan bahwa pasar persaingan sempurna juga mencapai efisiensi alokatif. Dari kenyataan bahwa efisiensi produktif dan efisiensi alokatif dicapai didalam pasar persaingan sempurna.
Kegagalan pasar terjadi karena pasar bebas tidak memberikan efisiensi pada perekonomian. Penyebab terjadinya kegagalan pasar antara lain: tersedianya fasilitas umum sehingga sektor swasta tidak tertarik untuk mengelolanya karena tidak mendapatkan keuntungan; persaingan tidak sempurna yang terjadi karena suatu perusahaan mengambil keuntungan dari kekuatan pasar yang dimiliki; informasi asimetris yang terjadi karena suatu perusahaan memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya pada sektor atau industri yang sama.
2. Saran
Untuk mencegah terjadinya kegagalan pasar, salah satunya adalah dengan campur tangan pemerintah melalui pajak dan subsidi, produksi sektor swasta, penetapan undang-undang mengenai antitrust, dan regulasi pemerintah.

Pengertian Sektor Publik

A. Pengertian Sektor Publik
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik sering didefinisikan sebagai “suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik”.
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi stekeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi, handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal.
B. Pengertian Kegagalan Pasar
Dalam ekonomi mikro, istilah "kegagalan pasar" tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.
Terdapat 6 (enam) faktor penyebab kegagalan pasar yaitu:
1. Kegagalan dari persaingan (failure of competition).
Sebagai contoh harga di pasar dapat terdistorsi oleh kekuatan-kekuatan pembeli dan penjual berupa monopsoni dan monopoli. Individu-individu tersebut dengan kekuatannya (baik uang maupun produk) dapat melakukan pengaturan harga suatu barang atau jasa. Hal ini dapat berimplikasi buruk terhadap pelaku pasar yang lain dan masyarakat yang membutuhkan barang atau jasa tersebut.
2. Adanya barang publik (public good).
Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak ketiga/kesejahteraan sosial).
3. Eksternalitas.
Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana "pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing." Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negative. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.
Eksternalitas adalah dampak tidak langsung –baik dampak menguntungkan maupun merugikan- yang ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi. Eksternalitas terjadi jika kegiatan ekonomi menghasilkan biaya tambahan atau keuntungan tambahan bagi pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dari suatu transaksi kegiatan ekonomi. Sebagai contoh produksi rokok dapat mengakibatkan biaya ekstra gangguan kesehatan bagi orang lain yang bukan penjual dan pembeli rokok. Di sisi lain pembangunan hutan wisata akan menghasilkan ekstra keuntungan yaitu ketersediaan oksigen yang lebih baik bagi masyarakat sekitar. Dengan kata lain penjual dan pembeli tidak mengeluarkan uang untuk biaya ekstra ataupun menerima uang dari keuntungan tambahan yang ditimbulkan.Dalam keadaan seperti ini biasanya produk barang dan jasa yang meinumbulkan biaya tambahan kepada masyarakat akan diproduksi secara besar-besaran.. Hal ini dapat dimengerti karena penjual dan pembeli tidak perlu menanggung biaya tersebut. Masyarakat atau pihak ketiga lah yang menanggung beban itu.
4. Kegagalan informasi.
Maksudnya, salah satu pihak yang bernegosiasi di pasar memiliki informasi yang berhubungan dengan barang yang diperdagangkan sementara pihak lain tidak. Ketidaksamaan informasi ini dapat mengakibatkan keuntungan bagi salah satu pihak dan kerugian bagi pihak yang lain. Misalnya seseorang yang berniat menjual tanah, tetapi tidak mengetahui harga transaksi yang terjadi pada beberapa waktu terakhir. Maka si penjual berpotensi mengalami kerugian dibandingkan calon pembeli yang telah memiliki informasi tersebut. Kerugian penjual terjadi akibat tidak dimilikinya informasi yang berakibat ketidakmampuannya untuk memperoleh harga yang adil sesuai kehendak pasar yang efisien.Lebih jauh lagi, informasi yang asimetris dapat mengakibatkan biaya transaksi yang lebih tinggi. Biaya ini terjadi karena adanya kebutuhan akan jasa broker atau perantara. Biaya tersebut adalah beban yang harus dibayar untuk kebutuhan informasi mengenai keadaan harga pasar yang sesungguhnya di samping informasi mengenai calon pembeli atau penjual. Kedua kondisi tersebut merupakan potensi penyebab dari inefisiensi pasar yang pada gilirannya akan mengakibatkan kegagalan pasar.

C. Peran Pemerintah dalam Menangani Kegagalan Pasar
Dalam aliran modern, pemerintah diharapkan perannya semakin besar mengatur jalanya perekonomian. Di sini pemerintah mempunyai peran untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Hal ini disebabkan sektor swasta tidak dapat mengatasi masalah perekonomian, sehingga perekonomian tidak mungkin diserahkan sepenuhnya kepada sektor swasta.
Dalam aliran modern, peran pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. Fungsi Alokasi (Alocation Function)
Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli. Barang swasta adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar, yaitu melalui transaksi antara penjual dan pembeli.
Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar ini disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar (market failure). Sistem pasar tidak dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya barang tersebut tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi dinikmati oleh orang lain. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pasar gagal mmenyediakan barang dan jasa yang tidak mempunyai (sifat pengecualian), yaitu pengecualian oleh orang yang memiliki suatu barang tehadap orang lain dalam menikmati barang tersebut. Jalan raya adalah salah satu contoh barang publik yang tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian secara teknis maupun secara ekonomis. Secara teknis, setiap orang membutuhkan jalan, sehingga kalau pun ada seseorang pemakai jalan, maka tidak mungkin orang lain dilarang untuk menikmati/memanfaatkan jalan tersebut. Secara ekonomis, misalnya pemerintah tidak dapat memberi pagar disisi setiap jalan (secara teknis mungkin dapat dilaksanakan), akan tetapi untuk melakukannya diperlukan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan membuat pagar itu sendiri, sehingga secara ekonomis pemerintah tidak melakukannya. Jadi yang disebut barang publik murni adalah barang yang baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak dapat diterapkan prinsip pengeculian atas barang tersebut.
Jadi dalam fungsi alokasi ini, peran pemerintah adalah untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien. Berkaitan dengan peran ini, maka yang perlu diperhatikan adalah berapa besar harus menyediakan barang-barang publik (jalan) dan berapa dana yang harus dialokasikan untuk barang ini (jalan).
2. Fungsi Distribusi (Distribution Function)
Selain peranan alokasi, maka fungsi lain pemerintah adalah berperan sebagai alat distribusi pendapatan atau kekayaan. Adapun distribusi merupakan:
a. Penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat
b. Pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat) oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dsb
Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor produksi, sistem warisan, permintaan dan penawaran faktor produksi dan kemampuan memperoleh pendapatan (Mangkoesoebroto, 1993). Distribusi pendapatan dan kekayaan yang ditimbulkan oleh sistem pasar mungkin dianggap oleh masyarakat sebagai tidak adil. Masalah keadilan dalam distribusi pendapatan merupakan masalah yang rumit dalam teori ekonomi. Ada sebagian ahli ekonomi yang berpendapat bahwa masalah efisiensi ekonomi harus dipisahkan dari masalah keadilan. Perubahan ekonomi dikatakan efisien apabila perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu golongan dalam masyarakat dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak memperburuk keadaan golongan yang lain.
Secara sederhana, fungsi distribusi ini merupakan fungsi menyeimbangkan, menyesuaikan pembagian pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.
3. Fungsi Stabilisasi (Stabilization Function)
Selain peranan alokasi dan distribusi, peranan utama pemerintah adalah stabilisasi ekonomi (suatu usaha atau upaya membuat stabil; penstabilan). Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada swasta akan sangat peka terhadap goncangan keadaan yang akan menimbulkan penggangguran dan inflasi. Inflasi dan deflasi merupakan hal yang mengganggu stabilitas ekonomi. Oleh karena itu masalah ini harus ditangani oleh pemerintah melalui seperti kebijakan moneter.

DAFTAR PUSTAKA
http://ajishida.blogspot.com/2009/04/kegagalan-pasar.html
http://harahapinhere.blogspot.com/2009/11/laporan-keuangan-sektor-publik.html
http://zizer.wordpress.com/2009/11/12/peran-pemerintah-dalam-aliran-modern/

Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II dengan judul “Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas kelompok ini antara lain :

Bapak Putu Yudi Wijaya, SE.M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah teori Ekonomi II.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu baik berupa tenaga maupun pemikiran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran-saran serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………..2

BAB II. PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat: Tingkat Harga dan Perbelanjaan Riil…………………………3

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat………………………………………..3

2.1.2 Kecondongan Kurva AD Dan Faktor-faktor Penyebabnya………………….6

2.1.3 Faktor-faktor Yang Memindahkan Kurva AD…………………………………..7

2.2 Bentuk-Bentuk Kurva Penawaran Agregat……………………………………………….7

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik……………………………………………..9

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik………………………………………………9

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes…………11

BAB III. PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………………….13

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………….14

3.2 Penawaran Agregat Lucas:

Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris……………………………………….16

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja………………………………………16

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah Dan Kesempatan kerja……………………….17

3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat………………………………………..18

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru……………………………………….19

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru…………………….19

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru……………………21

3.4 Keseimbangan AD-AS dan Perubahan – Perubahannya……………………..22

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang………………………………..22

3.4.1 Perubahan Keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek…………………23

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan …………………………………………………………………….24

4.2 Saran …………………………………………………………………..……24

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis keseimbangan makroekonomi yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun 1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis yang ada belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin berlaku dalam perekonomian.

Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada sifat analisisnya ini yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi penawaran, analisis keseimbangan makroekonomi ini lebih dikenal sebagai model permintaan – penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis AD-AS.

Pemikiran makroekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu rigid. Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis AD-AS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat ?

2. Bagaimana analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana ?

3. Bagaimana pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II sebagai tugas akhir semester.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat

3. Untuk mengetahui analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana

4. Untuk mengetahui pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS.

BAB II

PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat : Tingkat Harga Dan Perbelanjaan Riil

Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap. Dalam analisis tersebut perbelanjaan agregat memberikan gambaran tentang tingkat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian pada berbagai tingkat pendapatan nasional. Permintaan agregat atau aggregate demand (AD) menggambarkan hubungan yang sedikit berbeda. Permintaan agregat menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat harga dengan nilai riil perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian.

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat

Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat. Hal ini menimbulkan efek yang sangat penting ke atas permintaan ke atas uang terutama permintaan uang untuk membiayai transaksi-transaksi jual beli barang yang dilakukan. Keadaan ini akan mengakibatkan kenaikkan suku bunga, peningkatan ini akan menyebabkan kemerosotan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Berdasarkan analisis mengenai kenaikan tingkat harga ke atas permintaan domestik ke atas barang dan jasa dan ke atas kegiatan di sektor ekspor dan impor dapatlah disimpulkan bahwa diantara harga dan permintaan agregat (AD) terdapat sifat perkaitan yang berikut : semakin tinggi harga semakin sedikit permintaan agregat.

Dalam bagian (a) ditunjukkan keseimbangan IS-LM, dan perubahan keseimbangan tersebut sebagai akibat inflasi. Kurva LM yang asal adalah LM0 (P0) dan maksudnya adalah keluk LM yang dibentuk dengan memisalkan penawaran uang nominal adalah Mo dan tingkat harga adalah P0. Kurva LM ini berpotongan dengan IS di E0 dan berarti pada mulanya keseimbangan dicapai di E0 yang menggambarkan suku bunga adalah r0 dan pendapatan nasional adalah Y0.

Seterusnya misalkan perekonomian menghadapi masalah inflasi, yaitu tingkat harga mengalami kenaikan dari P0 menjadi P1. Kenaikan tersebut menyebabkan penawaran uang riil merosot dari M0/P0 menjadi M0/P1. Kenaikan harga-harga ini yang menyebabkan permintaan uang nominal untuk setiap tingkat pendapatan nasional riil bertambah, akan memindahkan kurva LM0 (P0) ke sebelah kiri menjadi LM0 (P1). Kurva LM yang baru ini akan memotong IS di E1. Keseimbangan yang baru ini menunjukkan suku bunga meningkat dari r0 menjadi r1 dan pendapatan nasional (riil) merosot dari Y0 menjadi Y1.

Berdasarkan kepada keseimbangan IS-LM yang digambarkan di atas, telah dapat ditunjukkan cirri hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil dan seterusnya kurva permintaan agregat AD dapat diwujudkan. Keseimbangan pada E0 menunjukkan bahwa pada pendapatan nasional Y0 tingkat harga adalah P0 dan keseimbangan pada E1 menunjukkan pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Hubungan diantara tingkat harga dan pendapatan nasional ini ditunjukkan kembali pada bagian (b) dari gambar 2.1. Kurva AD diperoleh dengan menghubungkan titik E0 dengan titik E1. Dalam analisis permintaan agregat – penawaran agregat sumbu datar hanya menunjukkan pendapatan nasional riil dan disingkat dengan notasi Y*. Dalam analisis IS-LM misalkan tingkat harga tidak berubah, dan pemisalan ini menyebabkan sumbu datar diberi notasi Y yang menggambarkan pendapatan nasional nominal dan riil, karena keduanya mempunyai nilai yang sama.

Bentuk AD seperti dalam gambar 2.1 adalah bentuk kurva AD yang tipikal, dan keadaan itu disebabkan oleh dua perubahan penting yaitu :

Inflasi akan menyebabkan suku bunga meningkat. Kenaikan suku bunga ini pertama-tama menyebabkan investasi turun yang selanjutnya akan menurunkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Inflasi menyebabkan kemerosotan ekspor dan kenaikan impor yang juga akan menyebabkan pengurangan ke atas permintaan agregat dan pendapatan nasional.

Analisis di atas menunjukkan bahwa titik-titik pada kurva AD menggambarkan

keseimbangan yang berlaku serentak di pasaran barang dan pasaran uang (karena setiap titik pada AD menggambarkan keseimbangan IS-LM pada tingkat harga yang berbeda). Berdasarkan kepada keadaan ini kurva AD dapat pula didefinisikan sebagai : suatu kurva yang menunjukkan keseimbangan di pasar barang dan pasar uang pada berbagai tingkat harga.

Gambar 2.1

Inflasi, Keseimbangan IS-LM dan Kurva AD

2.1.2 Kecondongan Kurva AD dan Faktor – faktor Penyebabnya

Kecondongan kurva AD ditentukan oleh dua faktor yaitu kecondongan kurva LM dan kecondongan kurva IS. Secara umum sifat pertalian diantara kecondongan AD dengan kecondongan kurva LM atau IS adalah :

Kurva AD semakin landai apabila kurva LM semakin curam dan
Kurva AD semakin landai apabila kurva IS juga semakin landai.

Perhatikan gambar 2.2, menunjukkan kurva LM yang curam. Misalkan berlaku penurunan harga, yaitu dari P0 menjadi P1. Perubahan ini menyebabkan kurva LM bergerak dari LM (P0) menjadi LM (P1). Tanpa perubahan suku bunga keseimbangan akan bergerak dari E0 menjadi E2 dan ini berarti pendapatan nasional akan berubah sebanyak Y0 Y2. Perubahan keseimbangan yang sebenarnya adalah dari E0 menjadi E1 dan berarti suku bunga turun menjadi r1 dan peningkatan pendapatan nasional hanyalah menjadi Y1. Berdasarkan perubahan keseimbangan ini kurva ADa dapat dibentuk, dan kurva ADa tersebut relatif lebih landai.

Gambar 2.2

Kurva LM Dan Kecondongan Kurva AD

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Memindahkan Kurva AD

Perubahan – perubahan di pasar barang atau perubahan di pasar uang akan memindahkan kurva AD. Perubahan – perubahan dalam perbelanjaan agregat, yang akan berlaku sebagai akibat perubahan dalam komponen-komponennya, seperti tabungan dan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak, dan ekspor-impor akan memindahkan AD ke kanan atau ke kiri. Begitu pula kedudukan AD akan berubah sebagai akibat perubahan permintaan dan penawaran uang.

2.2 Bentuk – Bentuk Kurva Penawaran Agregat

Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh pandangan ahli-ahli ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah mencapai kesempatan kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional dan kesempatan kerja ke atas tingkat harga serta cirri-ciri pasran tenaga kerja.

Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’ tergantung kepada faktor – faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor produksi inilah yang akan menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan Yf menjadi AS1 dan Y1f menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi yang sudah semakin banyak dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f.

Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P0. Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan Keynesian baru.

Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami perubahan. Sedangkan dalam “jangka panjang” perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga barang-barang tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor produksi) yang digunakan dalam proses produksi.

Gambar 2.3

Bentuk-bentuk Kurva Penawaran Agregat

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik

Dalam membicarakan mengenai pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, akan dilihat secara ringkas hal-hal mengenai yaitu:

Penentuan permintaan agregat

Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian sangat ditentukan oleh jumlah penawaran uang dan kelajuan peredaran uang. Permintaan agregat menunjukkan hubungan diantara harga dan pendapatan nasional riil serta menunjukkan sifat hubungan yang berbalikan diantara harga dengan pendapatan nasional riil yaitu pada harga yang tinggi permintaan agregat adalah sedikit dan semakin rendah harga semakin banyak permintaan agregat.

Penentuan penawaran agregat

Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.

Penentuan keseimbangan dalam perekonomian

Dalam analisis AD-AS keseimbangan dalam perekonomian dicapai pada keadaan dimana permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Dalam model Klasik pencapaian keseimbangan ini ditunjukkan dalam gambar 2.4. Grafik tersebut memperlihatkan penentuan keseimbangan berdasarkan kepada permintaan agregat Ado dan penawaran agregat AS0. Menurut Klasik perekonomian akan mencapai keseimbangan pada titik E0. Ini berarti dalam perekonomian pendapatan nasional riil akan mencapai Y0 dan ini merupakan pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh karena pada pendapatan nasional ini permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Pada tingkat keseimbangan ini tingkat harga adalah P0.

Keadaan yang digambarkan oleh titik A adalah: pendapatan nasional riil mencapai Y1 dan tingkat harga adalah P1. Keadaan ini menggambarkan bahwa perekonomian mengalami pengangguran dan berarti penawaran agregat melebihi permintaan agregat dan penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik ketidakseimbangan ini akan menimbulkan penyesuaian di pasaran tenaga kerja dan dipasaran barang. Di pasaran tenaga kerja kelebihan penawaran akan menimbulkan pengurangan ke atas tingkat riil. Penurunan upah riil ini akan menambah permintaan tenaga kerja dan pada waktu yang sama penawaran tenaga kerja menurun. Pada akhirnya keseimbangan diantara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan berlaku kembali dan tingkat kesempatan kerja penuh tercapai.Titik B menunjukkan permintaan agregat sebanyak Y2 adalah melebihi pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh (Y0). Kekurangan penawaran ini menyebabkan tingkat harga meningkat. Proses harga ini mengurangi permintaan agregat dan pada akhirnya ia seimbang dengan penawaran agregat.

Gambar 2.4

Keseimbangan AD-AS : Pandangan Klasik

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes

Keyakinan Keynes bahwa perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran dan pertambahan uang tidak akan menimbulkan kenaikan harga selama kesempatan kerja penuh belum tercapai, sangat mempengaruhi pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa pertambahan permintaan agregat hanya akan menimbulkan kenaikan dalam pendapatan nasional. Berdasarkan kepada keyakinan ini, dalam analisis Keynesian yang mula-mula berkembang, penentuan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.5.

Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan AD-AS dan perubahan-perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5. Misalkan pada mulanya keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0’ yang disebabkan karena permintaan agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan berada dibawah pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda dengan pandangan Klasik, pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti yang diterangkan dalam analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan berubah dan tidak akan mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan penawaran agregat pada kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak akan merosot untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa perubahan dalam permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.

Oleh karena Keynes berkeyakinan bahwa tanpa perubahan permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada tingkat dibawah kesempatan kerja penuh, Keynes menekankan tentang pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian kea rah tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah tersebut perlu ditumpukan kepada usaha menggeser kurva AD0 ke kanan yaitu AD1 dan yang lebih ideal lagi apabila dapat mencapat AD2. Perubahan sehingga ke tingkat AD3 perlu dihindari karena akan menimbulkan inflasi. Perubahan AD tersebut akan dapat mengurangi pengangguran dan apabila cukup efektif akan mewujudkan pula tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah yang ditekankan dalam pemikiran Keynesian adalah bersifat kebijakan mempengaruhi permintaan agregat atau demand management policy.

Gambar 2.5

Keseimbangan AD-AS Dalam Analisis Keynes.

BAB III

PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai cirri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negative (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.

Kurva Phillips

Contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar 3.1. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut : dalam tahun t0 – yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0’ dan dalam tahun t1 yaitu tahun 1995 tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah DW1. Titik to dan t1 menggambarkan hubungan tersebut. Maksudnya titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m0 dan titik t1 menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1 dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. kurva Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan titik-titik yang dicontohkan di atas. Walau bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian di antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat.

Gambar 3.1

Kurva Phillips

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan di antara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik (a) pada gambar 3.2. Kedua, berdasarkan sifat hubungan di antara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik (a) ini, selanjutnya ditentukan pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik (b). Kurva Phillips menunjukkan bahwa : semakin kecil tingkat pengangguran, semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah.

Gambar 3.2

Membentuk Kurva Penawaran Agregat

3.2 Penawaran Agregat Lucas : Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris

Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makroekonomi pada ketika ini selalu dikaitkan kepada analisis tersebut dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam tulisannya : “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam American Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja

Dalam teori Klasik yang telah diterangkan sebelum ini dimisalkan bahwa pasaran barang dan pasaran tenaga kerja adalah berbentuk pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti itu dianggap tidak terdapat hambatan untuk melakukan penyesuaian yang cepat. Keadaan di pasaran tenaga kerja tidak mempunyai sifat yang seperti itu. Informasi di pasaran tenaga kerja tidak selengkap di pasaran barang yang diakibatkan perubahan yang berlaku tidaklah seefisien seperti di pasaran barang.Sikap tenaga kerja memerlukan penyesuaian yang lebih lama dalam menghadapi perubahan yang berlaku. Ini disebabkan karena para pekerja memerlukan waktu yang lebih lama untuk menentukan apakah pendapatan riilnya adalah sama atau telah merosot. Dalam hal ini pada permulaannya para pekerja menghadapi masalah “ekspektasi yang salah” (wrong expectation). Apabila ini berlaku maka keadaan itu berarti bahwa tenaga kerja belum sepenuhnya menyadari perubahan yang berlaku di pasaran tenaga kerja.

Hal lain yang perlu disadari mengenai pasaran tenaga kerja adalah perbedaan cara pengusaha dan tenaga kerja mewujudkan ekspektasi mengenai keadaan di masa sekarang dan masa datang. Para pengusaha dan para pekerja perlu membuat ekspektasi mengenai tingkat harga dan upah riil di masa depan. Dari ekspektasi inilah para pengusaha menentukan permintaannya ke atas tenaga kerja dan para pekerja menentukan penawaran tenaga kerjanya. Para pekerja juga perlu membuat ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, terutama tingkat harga yang akan berlaku. Harga yang semakin tinggi akan mendorongnya menuntut upah nominal yang semakin tinggi, dan sebaliknya tingkat harga yang rendah menyebabkan mereka menuntut tingkat upah yang relatif rendah. Akan tetapi dari segi pekerja, yang dimaksudkan dengan “tingkat harga” adalah lebih rumit karena ia mencerminkan harga-harga dari berbagai barang yang dikonsumsikannya. Dalam menentukan tingkat upah yang dituntutnya di masa sekarang mereka perlu membuat ramalan mengenai tingkat harga yang berlaku di masa depan karena perubahan tingkat upah tidak dapat dilakukan setiap hari atau setiap bulan.

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah dan Kesempatan Kerja

Gambar dibawah ini menunjukkan keseimbangan pasaran tenaga kerja dan perubahan-perubahan dalam keseimbangan apabila berlaku perubahan harga dan tingkat upah. Terlebih dahulu perhatikan keseimbangan di titik E, yang dimisalkan keseimbangan yang ada pada mulanya berlaku. Kurva Ns (Pe = P0) menggambarkan penawaran tenaga kerja apabila ekspektasi para pekerja adalah : tingkat harga yang akan berlaku dalam ekonomi adalah (Pe=P0) atau expected price level) adalah P0. Sedangkan ND (P0) menggambarkan permintaan tenaga kerja apabila tingkat harga yang sebenarnya berlaku adalah P0. Menurut pendapat golongan Ekspektasi Rasional dan Monetaris, apabila keseimbangan dicapai pada keadaan dimana harga yang diramalkan akan berlaku (Pe) sama dengan harga sebenarnya (P0 untuk keseimbangan yang asal ini) maka perekonomian akan mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Berarti jumlah kesempatan kerja sebanyak N0 adalah kesempatan kerja pada kesempatan kerja penuh dan tingkat upah (nominal) yang berlaku adalah W0.

Gambar 3.3

Upah Nominal dan Permintaan Tenaga Kerja



3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat

Penentuan penawaran agregat seperti yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya Lucas diperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan ke atas permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan perubahan ke atas penawaran agregat.

Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis mengenai hubungan di antara keseimbangan di pasaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang diterangkan sebelum ini. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E- yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah No yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh. Titik E ini bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0’ dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja telah meningkat dan ini disebabkan karena kenaikan harga (dari P0 menjadi P1) diikuti oleh kenaikan upah yang lebih rendah tingkatnya (W0 menjadi W1) dan menyebabkan upah riil merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu harga mengalami tingkat pengurangan yang lebih besar (dari P0 menjadi P2) dari penurunan upah (dari W0 menjadi W3) dan mengakibatkan kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0).

Gambar 3.4

Kurva Penawaran Agregat

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak diantara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru

Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Uraian berikut akan menunjukkan pembentukan kurva AS dalam pendekatan Keynesian Baru dan perbandingan kurva AS menurut golongan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

Gambar 3.5 menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.

Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian, dan akan meningkatkan produksi nasional riil menjadi Y1.

Gambar 3.5

Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru

Untuk menunjukkan pembentukan kurva permintaan agregat golongan Klasik baru akan digunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1’ menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik D pada grafik (d). Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya yaitu apabila harga turun dari P0 menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A dan D yaitu kurva ASc. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran agregat Klasik Baru (ASc) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).

Gambar 3.6

Kurva AS: Pandangan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

3.4 Keseimbangan AD-AS Dan Perubahan – Perubahannya

Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek. Seperti telah diterangkan, dalam analisis jangka panjang akan berlaku perubahan tingkat harga maupun tingkat upah, sedangkan dalam analisis jangka pendek yang berubah hanyalah tingkat harga barang.

Dalam analisis keseimbangan AD-AS dalam makroekonomi didasarkan kepada pemikiran Klasik Baru yang berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja dan pasaran barang merupakan pasaran persainagna sempurna.Dalam pasaran yang demikian, keseimbangan diantara permintaan dan penawaran akan selalu tercapai dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan diantara permintaan dan penawaran adalah keadaan yang bersifat sementara. Penyesuaian-penyesuaian akan berlaku yang menyebabkan keseimbangan akan tercapai kembali, dan menyebabkan golongan Klasik Baru (dan golongan Monetaris) berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang keseimbangan makroekonomi akan tercapai pada tingkat kesempatan kerja penuh yaitu pada tingkat kegiatan ekonomi dimana pengangguran yang berlaku hanyalah terdiri dari pengangguran alamiah (natural unemployment).

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang

Kedudukan LRAS dapat ditentukan dengan melihat kepada: pada tingkat mana penggunaan tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh tercapai, dan kemampuan tenaga kerja tersebut menciptakan produksi nasional dalam keadaan dimana teknologi dan faktor produksi lain adalah konstan. Kurva LRAS menggambarkan hubungan pendapatan nasional riil dan tingkat harga dalam jangka panjang berbentuk tegak lurus di atas tingkat pendapatan nasional riil pada kesempatan kerja penuh.

Yang menentukan kedudukan LRAS adalah faktor-faktor produksi yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian. Ini berarti keseimbangan AD-AS dalam jangka panjang sangat tergantung pada kurva AD. Kedudukan kurva AD merupakan faktor yang menentukan kedudukan keseimbangan yang berlaku.

3.4.2 Perubahan keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek

Dalam jangka pendek permintaan agregat AD maupun penawaran agregat AS dapat mengalami perubahan.Dalam bagian ini akan diperhatikan : faktor-faktor yang menimbulkan perubahan tersebut dan implikasi dari perubahan tersebut ke atas keseimbangan makroekonomi jangka pendek. Berdasarkan kepada faktor yang menimbulkannya, perubahankeseimbangan jangka pendek yang berlaku dapat dibedakan kepada faktor-faktor yang berikut :

Pertambahan dalam permintaan agregat
Kemerosotan dalam permintaan agregat
Kenaikan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan mentah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diperoleh dari makalah yang kami buat ini adalah :

Ø Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap.

Ø Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat.

Ø Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran

Ø Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek

4.2 Saran

Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menunjang

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadono Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

2. Sadono Sukirno.2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II dengan judul “Tingkat Harga Dan Kegiatan Ekonomi Negara I dan Negara II” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas kelompok ini antara lain :

Bapak Putu Yudi Wijaya, SE.M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah teori Ekonomi II.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu baik berupa tenaga maupun pemikiran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran-saran serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………..2

BAB II. PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat: Tingkat Harga dan Perbelanjaan Riil…………………………3

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat………………………………………..3

2.1.2 Kecondongan Kurva AD Dan Faktor-faktor Penyebabnya………………….6

2.1.3 Faktor-faktor Yang Memindahkan Kurva AD…………………………………..7

2.2 Bentuk-Bentuk Kurva Penawaran Agregat……………………………………………….7

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik……………………………………………..9

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik………………………………………………9

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes…………11

BAB III. PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………………….13

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat………………………………………….14

3.2 Penawaran Agregat Lucas:

Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris……………………………………….16

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja………………………………………16

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah Dan Kesempatan kerja……………………….17

3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat………………………………………..18

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru……………………………………….19

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru…………………….19

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru……………………21

3.4 Keseimbangan AD-AS dan Perubahan – Perubahannya……………………..22

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang………………………………..22

3.4.1 Perubahan Keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek…………………23

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan …………………………………………………………………….24

4.2 Saran …………………………………………………………………..……24

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis keseimbangan makroekonomi yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun 1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis yang ada belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin berlaku dalam perekonomian.

Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada sifat analisisnya ini yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi penawaran, analisis keseimbangan makroekonomi ini lebih dikenal sebagai model permintaan – penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis AD-AS.

Pemikiran makroekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu rigid. Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis AD-AS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat ?

2. Bagaimana analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana ?

3. Bagaimana pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Teori Ekonomi II sebagai tugas akhir semester.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan agregat

3. Untuk mengetahui analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan pendekatan Keynes yang sederhana

4. Untuk mengetahui pendekatan yang lebih modern dalam pembentukan kurva penawaran agregat dan penentuan keseimbangan AD-AS.

BAB II

PEMBAHASAN I

2.1 Permintaan Agregat : Tingkat Harga Dan Perbelanjaan Riil

Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap. Dalam analisis tersebut perbelanjaan agregat memberikan gambaran tentang tingkat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian pada berbagai tingkat pendapatan nasional. Permintaan agregat atau aggregate demand (AD) menggambarkan hubungan yang sedikit berbeda. Permintaan agregat menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat harga dengan nilai riil perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian.

2.1.1 Pembentukan Kurva Permintaan Agregat

Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat. Hal ini menimbulkan efek yang sangat penting ke atas permintaan ke atas uang terutama permintaan uang untuk membiayai transaksi-transaksi jual beli barang yang dilakukan. Keadaan ini akan mengakibatkan kenaikkan suku bunga, peningkatan ini akan menyebabkan kemerosotan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Berdasarkan analisis mengenai kenaikan tingkat harga ke atas permintaan domestik ke atas barang dan jasa dan ke atas kegiatan di sektor ekspor dan impor dapatlah disimpulkan bahwa diantara harga dan permintaan agregat (AD) terdapat sifat perkaitan yang berikut : semakin tinggi harga semakin sedikit permintaan agregat.

Dalam bagian (a) ditunjukkan keseimbangan IS-LM, dan perubahan keseimbangan tersebut sebagai akibat inflasi. Kurva LM yang asal adalah LM0 (P0) dan maksudnya adalah keluk LM yang dibentuk dengan memisalkan penawaran uang nominal adalah Mo dan tingkat harga adalah P0. Kurva LM ini berpotongan dengan IS di E0 dan berarti pada mulanya keseimbangan dicapai di E0 yang menggambarkan suku bunga adalah r0 dan pendapatan nasional adalah Y0.

Seterusnya misalkan perekonomian menghadapi masalah inflasi, yaitu tingkat harga mengalami kenaikan dari P0 menjadi P1. Kenaikan tersebut menyebabkan penawaran uang riil merosot dari M0/P0 menjadi M0/P1. Kenaikan harga-harga ini yang menyebabkan permintaan uang nominal untuk setiap tingkat pendapatan nasional riil bertambah, akan memindahkan kurva LM0 (P0) ke sebelah kiri menjadi LM0 (P1). Kurva LM yang baru ini akan memotong IS di E1. Keseimbangan yang baru ini menunjukkan suku bunga meningkat dari r0 menjadi r1 dan pendapatan nasional (riil) merosot dari Y0 menjadi Y1.

Berdasarkan kepada keseimbangan IS-LM yang digambarkan di atas, telah dapat ditunjukkan cirri hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil dan seterusnya kurva permintaan agregat AD dapat diwujudkan. Keseimbangan pada E0 menunjukkan bahwa pada pendapatan nasional Y0 tingkat harga adalah P0 dan keseimbangan pada E1 menunjukkan pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Hubungan diantara tingkat harga dan pendapatan nasional ini ditunjukkan kembali pada bagian (b) dari gambar 2.1. Kurva AD diperoleh dengan menghubungkan titik E0 dengan titik E1. Dalam analisis permintaan agregat – penawaran agregat sumbu datar hanya menunjukkan pendapatan nasional riil dan disingkat dengan notasi Y*. Dalam analisis IS-LM misalkan tingkat harga tidak berubah, dan pemisalan ini menyebabkan sumbu datar diberi notasi Y yang menggambarkan pendapatan nasional nominal dan riil, karena keduanya mempunyai nilai yang sama.

Bentuk AD seperti dalam gambar 2.1 adalah bentuk kurva AD yang tipikal, dan keadaan itu disebabkan oleh dua perubahan penting yaitu :

Inflasi akan menyebabkan suku bunga meningkat. Kenaikan suku bunga ini pertama-tama menyebabkan investasi turun yang selanjutnya akan menurunkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Inflasi menyebabkan kemerosotan ekspor dan kenaikan impor yang juga akan menyebabkan pengurangan ke atas permintaan agregat dan pendapatan nasional.

Analisis di atas menunjukkan bahwa titik-titik pada kurva AD menggambarkan

keseimbangan yang berlaku serentak di pasaran barang dan pasaran uang (karena setiap titik pada AD menggambarkan keseimbangan IS-LM pada tingkat harga yang berbeda). Berdasarkan kepada keadaan ini kurva AD dapat pula didefinisikan sebagai : suatu kurva yang menunjukkan keseimbangan di pasar barang dan pasar uang pada berbagai tingkat harga.

Gambar 2.1

Inflasi, Keseimbangan IS-LM dan Kurva AD

2.1.2 Kecondongan Kurva AD dan Faktor – faktor Penyebabnya

Kecondongan kurva AD ditentukan oleh dua faktor yaitu kecondongan kurva LM dan kecondongan kurva IS. Secara umum sifat pertalian diantara kecondongan AD dengan kecondongan kurva LM atau IS adalah :

Kurva AD semakin landai apabila kurva LM semakin curam dan
Kurva AD semakin landai apabila kurva IS juga semakin landai.

Perhatikan gambar 2.2, menunjukkan kurva LM yang curam. Misalkan berlaku penurunan harga, yaitu dari P0 menjadi P1. Perubahan ini menyebabkan kurva LM bergerak dari LM (P0) menjadi LM (P1). Tanpa perubahan suku bunga keseimbangan akan bergerak dari E0 menjadi E2 dan ini berarti pendapatan nasional akan berubah sebanyak Y0 Y2. Perubahan keseimbangan yang sebenarnya adalah dari E0 menjadi E1 dan berarti suku bunga turun menjadi r1 dan peningkatan pendapatan nasional hanyalah menjadi Y1. Berdasarkan perubahan keseimbangan ini kurva ADa dapat dibentuk, dan kurva ADa tersebut relatif lebih landai.

Gambar 2.2

Kurva LM Dan Kecondongan Kurva AD

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Memindahkan Kurva AD

Perubahan – perubahan di pasar barang atau perubahan di pasar uang akan memindahkan kurva AD. Perubahan – perubahan dalam perbelanjaan agregat, yang akan berlaku sebagai akibat perubahan dalam komponen-komponennya, seperti tabungan dan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak, dan ekspor-impor akan memindahkan AD ke kanan atau ke kiri. Begitu pula kedudukan AD akan berubah sebagai akibat perubahan permintaan dan penawaran uang.

2.2 Bentuk – Bentuk Kurva Penawaran Agregat

Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh pandangan ahli-ahli ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah mencapai kesempatan kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional dan kesempatan kerja ke atas tingkat harga serta cirri-ciri pasran tenaga kerja.

Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’ tergantung kepada faktor – faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor produksi inilah yang akan menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan Yf menjadi AS1 dan Y1f menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi yang sudah semakin banyak dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f.

Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P0. Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan Keynesian baru.

Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami perubahan. Sedangkan dalam “jangka panjang” perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga barang-barang tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor produksi) yang digunakan dalam proses produksi.

Gambar 2.3

Bentuk-bentuk Kurva Penawaran Agregat

2.3 Keseimbangan AD-AS : Pendekatan Klasik

2.3.1 Pandangan Ahli-ahli Ekonomi Klasik

Dalam membicarakan mengenai pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, akan dilihat secara ringkas hal-hal mengenai yaitu:

Penentuan permintaan agregat

Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian sangat ditentukan oleh jumlah penawaran uang dan kelajuan peredaran uang. Permintaan agregat menunjukkan hubungan diantara harga dan pendapatan nasional riil serta menunjukkan sifat hubungan yang berbalikan diantara harga dengan pendapatan nasional riil yaitu pada harga yang tinggi permintaan agregat adalah sedikit dan semakin rendah harga semakin banyak permintaan agregat.

Penentuan penawaran agregat

Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.

Penentuan keseimbangan dalam perekonomian

Dalam analisis AD-AS keseimbangan dalam perekonomian dicapai pada keadaan dimana permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Dalam model Klasik pencapaian keseimbangan ini ditunjukkan dalam gambar 2.4. Grafik tersebut memperlihatkan penentuan keseimbangan berdasarkan kepada permintaan agregat Ado dan penawaran agregat AS0. Menurut Klasik perekonomian akan mencapai keseimbangan pada titik E0. Ini berarti dalam perekonomian pendapatan nasional riil akan mencapai Y0 dan ini merupakan pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh karena pada pendapatan nasional ini permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Pada tingkat keseimbangan ini tingkat harga adalah P0.

Keadaan yang digambarkan oleh titik A adalah: pendapatan nasional riil mencapai Y1 dan tingkat harga adalah P1. Keadaan ini menggambarkan bahwa perekonomian mengalami pengangguran dan berarti penawaran agregat melebihi permintaan agregat dan penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik ketidakseimbangan ini akan menimbulkan penyesuaian di pasaran tenaga kerja dan dipasaran barang. Di pasaran tenaga kerja kelebihan penawaran akan menimbulkan pengurangan ke atas tingkat riil. Penurunan upah riil ini akan menambah permintaan tenaga kerja dan pada waktu yang sama penawaran tenaga kerja menurun. Pada akhirnya keseimbangan diantara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan berlaku kembali dan tingkat kesempatan kerja penuh tercapai.Titik B menunjukkan permintaan agregat sebanyak Y2 adalah melebihi pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh (Y0). Kekurangan penawaran ini menyebabkan tingkat harga meningkat. Proses harga ini mengurangi permintaan agregat dan pada akhirnya ia seimbang dengan penawaran agregat.

Gambar 2.4

Keseimbangan AD-AS : Pandangan Klasik

2.4 Keseimbangan AD-AS Tanpa Perubahan Harga: Pandangan Keynes

Keyakinan Keynes bahwa perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran dan pertambahan uang tidak akan menimbulkan kenaikan harga selama kesempatan kerja penuh belum tercapai, sangat mempengaruhi pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa pertambahan permintaan agregat hanya akan menimbulkan kenaikan dalam pendapatan nasional. Berdasarkan kepada keyakinan ini, dalam analisis Keynesian yang mula-mula berkembang, penentuan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.5.

Dari sudut analisis Keynesian yang asal, keseimbangan AD-AS dan perubahan-perubahannya dapat ditunjukkan dengan bantuan gambar 2.5. Misalkan pada mulanya keseimbangan hanya dapat mencapai titik E0’ yang disebabkan karena permintaan agregat yang relatif rendah, yaitu sebanyak AD0. Pendapatan nasional adalah Y0 dan berada dibawah pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jurang diantara Yf dengan Y0 akan menimbulkan pengangguran. Berbeda dengan pandangan Klasik, pengangguran ini akan menimbulkan penyesuaian seperti yang diterangkan dalam analisis ahli-ahli ekonomi Klasik. Harga tidak akan berubah dan tidak akan mewujudkan keseimbangan diantara permintaan agregat dan penawaran agregat pada kesempatan kerja penuh. Begitu pula, tingkat upah tidak akan merosot untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tanpa perubahan dalam permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada E0.

Oleh karena Keynes berkeyakinan bahwa tanpa perubahan permintaan agregat keseimbangan akan kekal pada tingkat dibawah kesempatan kerja penuh, Keynes menekankan tentang pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian kea rah tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah tersebut perlu ditumpukan kepada usaha menggeser kurva AD0 ke kanan yaitu AD1 dan yang lebih ideal lagi apabila dapat mencapat AD2. Perubahan sehingga ke tingkat AD3 perlu dihindari karena akan menimbulkan inflasi. Perubahan AD tersebut akan dapat mengurangi pengangguran dan apabila cukup efektif akan mewujudkan pula tingkat kesempatan kerja penuh. Kebijakan pemerintah yang ditekankan dalam pemikiran Keynesian adalah bersifat kebijakan mempengaruhi permintaan agregat atau demand management policy.

Gambar 2.5

Keseimbangan AD-AS Dalam Analisis Keynes.

BAB III

PEMBAHASAN II

3.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai cirri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negative (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.

Kurva Phillips

Contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar 3.1. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut : dalam tahun t0 – yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0’ dan dalam tahun t1 yaitu tahun 1995 tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah DW1. Titik to dan t1 menggambarkan hubungan tersebut. Maksudnya titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m0 dan titik t1 menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1 dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. kurva Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan titik-titik yang dicontohkan di atas. Walau bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian di antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat.

Gambar 3.1

Kurva Phillips

3.1.1 Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat

Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan di antara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik (a) pada gambar 3.2. Kedua, berdasarkan sifat hubungan di antara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik (a) ini, selanjutnya ditentukan pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik (b). Kurva Phillips menunjukkan bahwa : semakin kecil tingkat pengangguran, semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah.

Gambar 3.2

Membentuk Kurva Penawaran Agregat

3.2 Penawaran Agregat Lucas : Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris

Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makroekonomi pada ketika ini selalu dikaitkan kepada analisis tersebut dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam tulisannya : “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam American Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.

3.2.1 Ciri-ciri Khusus Penawaran Tenaga Kerja

Dalam teori Klasik yang telah diterangkan sebelum ini dimisalkan bahwa pasaran barang dan pasaran tenaga kerja adalah berbentuk pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti itu dianggap tidak terdapat hambatan untuk melakukan penyesuaian yang cepat. Keadaan di pasaran tenaga kerja tidak mempunyai sifat yang seperti itu. Informasi di pasaran tenaga kerja tidak selengkap di pasaran barang yang diakibatkan perubahan yang berlaku tidaklah seefisien seperti di pasaran barang.Sikap tenaga kerja memerlukan penyesuaian yang lebih lama dalam menghadapi perubahan yang berlaku. Ini disebabkan karena para pekerja memerlukan waktu yang lebih lama untuk menentukan apakah pendapatan riilnya adalah sama atau telah merosot. Dalam hal ini pada permulaannya para pekerja menghadapi masalah “ekspektasi yang salah” (wrong expectation). Apabila ini berlaku maka keadaan itu berarti bahwa tenaga kerja belum sepenuhnya menyadari perubahan yang berlaku di pasaran tenaga kerja.

Hal lain yang perlu disadari mengenai pasaran tenaga kerja adalah perbedaan cara pengusaha dan tenaga kerja mewujudkan ekspektasi mengenai keadaan di masa sekarang dan masa datang. Para pengusaha dan para pekerja perlu membuat ekspektasi mengenai tingkat harga dan upah riil di masa depan. Dari ekspektasi inilah para pengusaha menentukan permintaannya ke atas tenaga kerja dan para pekerja menentukan penawaran tenaga kerjanya. Para pekerja juga perlu membuat ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, terutama tingkat harga yang akan berlaku. Harga yang semakin tinggi akan mendorongnya menuntut upah nominal yang semakin tinggi, dan sebaliknya tingkat harga yang rendah menyebabkan mereka menuntut tingkat upah yang relatif rendah. Akan tetapi dari segi pekerja, yang dimaksudkan dengan “tingkat harga” adalah lebih rumit karena ia mencerminkan harga-harga dari berbagai barang yang dikonsumsikannya. Dalam menentukan tingkat upah yang dituntutnya di masa sekarang mereka perlu membuat ramalan mengenai tingkat harga yang berlaku di masa depan karena perubahan tingkat upah tidak dapat dilakukan setiap hari atau setiap bulan.

3.2.2 Harga Barang, Tingkat Upah dan Kesempatan Kerja

Gambar dibawah ini menunjukkan keseimbangan pasaran tenaga kerja dan perubahan-perubahan dalam keseimbangan apabila berlaku perubahan harga dan tingkat upah. Terlebih dahulu perhatikan keseimbangan di titik E, yang dimisalkan keseimbangan yang ada pada mulanya berlaku. Kurva Ns (Pe = P0) menggambarkan penawaran tenaga kerja apabila ekspektasi para pekerja adalah : tingkat harga yang akan berlaku dalam ekonomi adalah (Pe=P0) atau expected price level) adalah P0. Sedangkan ND (P0) menggambarkan permintaan tenaga kerja apabila tingkat harga yang sebenarnya berlaku adalah P0. Menurut pendapat golongan Ekspektasi Rasional dan Monetaris, apabila keseimbangan dicapai pada keadaan dimana harga yang diramalkan akan berlaku (Pe) sama dengan harga sebenarnya (P0 untuk keseimbangan yang asal ini) maka perekonomian akan mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Berarti jumlah kesempatan kerja sebanyak N0 adalah kesempatan kerja pada kesempatan kerja penuh dan tingkat upah (nominal) yang berlaku adalah W0.

Gambar 3.3

Upah Nominal dan Permintaan Tenaga Kerja



3.2.3 Pembentukan Kurva Penawaran Agregat

Penentuan penawaran agregat seperti yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya Lucas diperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan ke atas permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan perubahan ke atas penawaran agregat.

Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis mengenai hubungan di antara keseimbangan di pasaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang diterangkan sebelum ini. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E- yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah No yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh. Titik E ini bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0’ dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja telah meningkat dan ini disebabkan karena kenaikan harga (dari P0 menjadi P1) diikuti oleh kenaikan upah yang lebih rendah tingkatnya (W0 menjadi W1) dan menyebabkan upah riil merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu harga mengalami tingkat pengurangan yang lebih besar (dari P0 menjadi P2) dari penurunan upah (dari W0 menjadi W3) dan mengakibatkan kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0).

Gambar 3.4

Kurva Penawaran Agregat

3.3 Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak diantara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.

3.3.1 Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru

Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Uraian berikut akan menunjukkan pembentukan kurva AS dalam pendekatan Keynesian Baru dan perbandingan kurva AS menurut golongan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

Gambar 3.5 menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.

Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian, dan akan meningkatkan produksi nasional riil menjadi Y1.

Gambar 3.5

Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru

3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru

Untuk menunjukkan pembentukan kurva permintaan agregat golongan Klasik baru akan digunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1’ menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik D pada grafik (d). Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya yaitu apabila harga turun dari P0 menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A dan D yaitu kurva ASc. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran agregat Klasik Baru (ASc) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).

Gambar 3.6

Kurva AS: Pandangan Klasik Baru dan Keynesian Baru.

3.4 Keseimbangan AD-AS Dan Perubahan – Perubahannya

Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek. Seperti telah diterangkan, dalam analisis jangka panjang akan berlaku perubahan tingkat harga maupun tingkat upah, sedangkan dalam analisis jangka pendek yang berubah hanyalah tingkat harga barang.

Dalam analisis keseimbangan AD-AS dalam makroekonomi didasarkan kepada pemikiran Klasik Baru yang berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja dan pasaran barang merupakan pasaran persainagna sempurna.Dalam pasaran yang demikian, keseimbangan diantara permintaan dan penawaran akan selalu tercapai dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan diantara permintaan dan penawaran adalah keadaan yang bersifat sementara. Penyesuaian-penyesuaian akan berlaku yang menyebabkan keseimbangan akan tercapai kembali, dan menyebabkan golongan Klasik Baru (dan golongan Monetaris) berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang keseimbangan makroekonomi akan tercapai pada tingkat kesempatan kerja penuh yaitu pada tingkat kegiatan ekonomi dimana pengangguran yang berlaku hanyalah terdiri dari pengangguran alamiah (natural unemployment).

3.4.1 Keseimbangan Makroekonomi Jangka Panjang

Kedudukan LRAS dapat ditentukan dengan melihat kepada: pada tingkat mana penggunaan tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh tercapai, dan kemampuan tenaga kerja tersebut menciptakan produksi nasional dalam keadaan dimana teknologi dan faktor produksi lain adalah konstan. Kurva LRAS menggambarkan hubungan pendapatan nasional riil dan tingkat harga dalam jangka panjang berbentuk tegak lurus di atas tingkat pendapatan nasional riil pada kesempatan kerja penuh.

Yang menentukan kedudukan LRAS adalah faktor-faktor produksi yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian. Ini berarti keseimbangan AD-AS dalam jangka panjang sangat tergantung pada kurva AD. Kedudukan kurva AD merupakan faktor yang menentukan kedudukan keseimbangan yang berlaku.

3.4.2 Perubahan keseimbangan Makroekonomi Jangka Pendek

Dalam jangka pendek permintaan agregat AD maupun penawaran agregat AS dapat mengalami perubahan.Dalam bagian ini akan diperhatikan : faktor-faktor yang menimbulkan perubahan tersebut dan implikasi dari perubahan tersebut ke atas keseimbangan makroekonomi jangka pendek. Berdasarkan kepada faktor yang menimbulkannya, perubahankeseimbangan jangka pendek yang berlaku dapat dibedakan kepada faktor-faktor yang berikut :

Pertambahan dalam permintaan agregat
Kemerosotan dalam permintaan agregat
Kenaikan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan mentah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diperoleh dari makalah yang kami buat ini adalah :

Ø Perbelanjaan agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan suku bunga tetap.

Ø Pembentukan kurva permintaan agregat perlu dilihat perubahan yang akan berlaku ke atas perbelanjaan dalam perekonomian apabila : penawaran uang nominal tidak mengalami perubahan tetapi tingkat harga mengalami perubahan dan misalkan tingkat harga meningkat.

Ø Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran

Ø Dalam menunjukkan keseimbangan makroekonomi, yaitu keseimbangan dalam analisis AD-AS, perlu dibedakan dua pendekatan :analisis jangka panjang dan analisis jangka pendek

4.2 Saran

Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menunjang

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadono Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

2. Sadono Sukirno.2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.
 
© 2009 Kumpulan Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan